Tiga Daerah Jatim Masuk Zona Oranye COVID-19 Selama 10 Minggu

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito meminta semua pihak tidak boleh lengah dan merasa aman dengan zona oranye COVID-19.

oleh Agustina Melani diperbarui 30 Okt 2020, 08:27 WIB
Peta persebaran Corona COVID-19 di Jawa Timur pada Jumat, 1 Mei 2020. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas COVID-19) mencatat ada 54 kabupaten dan kota di Indonesia yang selama 10 minggu berturut-turut di zona oranye atau tingkat risiko sedang penyebaran COVID-19. Dari 54 kabupaten dan kota itu, tiga daerah tercatat di Jawa Timur.

Adapun tiga wilayah itu antara lain Blitar, Jember, dan Jombang yang masuk zona oranye COVID-19 tanpa perubahan selama 10 minggu berturut-turut.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito meminta semua pihak tidak boleh lengah dan merasa aman dengan zona oranye COVID-19.

Zona oranye, menurut Wiku tetap berbahaya. Zona oranye COVID-19 di Indonesia meningkat dua kali lipat sejak awal pertama kali memakai risiko penularan dengan peta risiko.

"31 Mei, zona oranye hanya 166 kabupaten dan kota. Angka ini terus bertambah. 25 Oktober 2020, 360 kabupaten dan kota,” tutur Wiku.

Wiku menambahkan, target bersama untuk mendorong seluruh kabupaten dan kota menjadi zona kuning dan hijau COVID-19. Ia meminta daerah tidak berpuas hanya di zona oranye saja.

"Jika dilihat lebih jauh, 54 kabupaten dan kota selama 10 minggu berturut-turut di zona oranye. Perasaan nyaman tak di zona merah tetapi di zona oranye waktu lalu. Satgas menyanyangkan kondisi seperti ini,” kata dia.

 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Perlu Evaluasi Menyeluruh

Peta persebaran Corona COVID-19 di Jawa Timur pada Rabu, 6 Mei 2020. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Wiku mengharapkan seluruh daerah harus belajar dan berupaya tingkatkan penanganan di wilayah masing-masing.

"Keadaan berkepanjangan ini mungkin melelahkan. Tetap waspada karena menyangkut nyawa manusia. 10 minggu tak pindah-pindah, perlu evaluasi menyeluruh penanganan COVID-19 di wilayah masing-masing," ujar dia.

Wiku menuturkan, 10 minggu bukan waktu sebentar. Oleh karena itu, ia meminta bupati, wali kota dan dibantu gubernur dari provinsinya untuk memperbaiki dan meningkatkan penanganan COVID-19 di wilayahnya. Ia menambahkan, kerja sama penting antara pemerintah daerah dan pusat sehingga kondisi penyebaran COVID-19 dapat diperbaiki.

"Kami menunggu 54 kabupaten dan kota pindah ke zona kuning minggu depan. Mari kita bekerja sama,” ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya