Ditembak Polisi, Kondisi Pria Tunisia Tersangka Penikaman di Nice Prancis Kritis

Pelaku penusukan di sebuah gereja di Kota Nice, Prancis dilaporkan dalam keadaan kritis.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Okt 2020, 15:58 WIB
Ilustrasi Penusukan (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta- Pelaku penusukan di sebuah gereja di Kota Nice, Prancis dilaporkan dalam keadaan kritis di rumah sakit, setelah penangkapan terhadapnya yang melibatkan tembakan oleh polisi. 

Menurut sumber keamanan Tunisia dan sumber polisi Prancis, tersangka diidentifikasi sebagai Brahim Aouissaoui.

Dilansir US News yang mengutip Reuters, Jumat (30/10/2020) Kepala Jaksa Anti-teroris Prancis Jean-Francois Ricard mengatakan bahwa "tersangka berada di rumah sakit dalam kondisi kritis."

Saat mendatangi lokasi insiden, polisi diketahui menembak dan melukai tersangka saat berusaha mengamankannya usai melakukan penusukan dan pemenggalan terhadap 3 orang di gereja Notre Dame di Kota Nice.

Richard menerangkan bahwa tersangka adalah seorang pria Tunisia kelahiran tahun 1999 dan tiba di Eropa pada 20 September 2020 di wilayah Lampedusa, pulau Italia di lepas Tunisia, yang diketahui merupakan titik pendaratan utama bagi para migran dari Afrika.

Selain itu, Ricard juga menyampaikan pada konferensi pers di Nice bahwa pria itu memasuki kota tersebut dengan kereta api pada 29 Oktober 2020 dan pergi ke gereja, di mana ia kemudian menikam dan membunuh seorang pria berusia 55 tahun dan memenggal kepala perempuan berusia 60 tahun.

 

 

Saksikan Video Berikut Ini:


Presiden Macron Kerahkan Ribuan Tentara untuk Amankan Prancis

Polisi Prancis dan petugas forensik bekerja menangani kasus penikaman di gereja Notre Dame di Nice, Prancis, pada Kamis (29/10/2020). (Foto credit: AP/Daniel Cole)

"Dia juga menikam seorang wanita berusia 44 tahun yang melarikan diri ke kafe terdekat tempat dia memberitahu warga setempat sebelum meninggal," terang Ricard.

"Pada penyerang kami menemukan Al-quran dan dua telepon, pisau yang digunakannya - 30 cm dengan ujung tajam 17 cm. Kami juga menemukan tas yang ditinggalkan oleh penyerang. Di samping tas ini ada dua pisau yang tidak digunakan dalam penyerangan," jelasnya.

Presiden Emmanuel Macron menyatakan bahwa Prancis akan mengerahkan ribuan tentara lagi untuk melindungi area-area penting seperti tempat ibadah dan sekolah, dengan peringatan keamanan negara yang telah dinaikkan ke level tertinggi.

Dalam pernyataannya, Presiden Macron menyebutkan bahwa Prancis telah diserang "atas nilai-nilai kami, untuk selera kami akan kebebasan, untuk kemampuan di tanah kami untuk memiliki kebebasan berkeyakinan ... Dan saya mengatakannya dengan sangat jelas lagi hari ini: Kami tidak akan memberi tanah apapun". 

Sementara itu, Wakil Jaksa Agung di Pengadilan Tingkat Pertama Tunisia Mohsen Dali menerangkan kepada Reuters bahwa Aouissaoui tidak terdaftar oleh polisi di negara tersebut sebagai tersangka militan.

Menurut Mohsen Dali, Aouissaoui diketahui meninggalkan Tunisia pada 14 September 2020 dengan perahu.

Ia juga menambahkan, bahwa Tunisia telah memulai penyelidikan forensiknya sendiri atas kasus tersebut.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya