Cara Desa Rawan Bencana di Bekasi Antisipasi Banjir dan Longsor

Asep berujar, saat ini sudah ada 20 orang warga Desa Bojongmangu yang sudah mendaftar sebagai anggota Destana.

oleh Bam Sinulingga diperbarui 30 Okt 2020, 20:29 WIB
Banjir mengepung Perumahan Bumi Nasio Indah, Kota Bekasi. Petugas BPBD mengevakuasi warga di perumahan yang menjadi langganan banjir setiap tahunnya. Foto: Istimewa

Liputan6.com, Bekasi - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana), untuk mengantisipasi ancaman banjir dan longsor di musim penghujan. Konsep ini telah dibentuk di sejumlah desa, khususnya yang rawan bencana.

Salah satunya di Desa Bojongmangu, Kecamatan Bojongmangu yang berkontur pegunungan. Dengan kondisi tanah yang rawan pergeseran, desa ini mudah mengalami bencana jika terguyur hujan dengan intensitas tinggi.

Pembentukan Destana di desa tersebut merupakan sebuah upaya penanggulangan bencana banjir dan longsor yang sewaktu-waktu bisa melanda di musim penghujan ini.

"Tim Destana di desa kami sudah siap siaga melaksanakan tugas dalam mengantisipasi terjadinya bencana alam," kata salah satu anggota Destana, Asep Sopian, Jumat (30/10/2020).

Asep berujar, saat ini sudah ada 20 orang warga Desa Bojongmangu Bekasi yang sudah mendaftar sebagai anggota Destana. Para anggota ini akan bersiaga untuk membantu warga setempat yang terdampak bencana.

"Setiap ada laporan ancaman longsor, tim akan berbaur dengan masyarakat dan gotong royong sehingga semua teratasi," ujarnya.

Mengingat masih tingginya potensi bencana selama musim penghujan ini, Asep mengimbau warga Bekasi agar selalu meningkatkan kewaspadaan, terutama bagi mereka yang tinggal di kaki bukit dan bantaran sungai.

"Warga diminta selalu waspada terhadap kemungkinan bencana yang terjadi selama musim hujan," imbuhnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Fenomena La Lina

Sebelumnya Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BKMG) menyampaikan peringatan fenomena La Nina yang terjadi di Samudera Pasifik, yang akan mengakibatkan anomali cuaca berupa peningkatan curah hujan yang terjadi di Indonesia.

Terkait hal ini, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil telah meminta BPBD kabupaten/kota se-Jawa Barat untuk meningkatkan kesiapan sekaligus antisipasi bencana akibat fenomena yang diperkirakan berakhir pada akhir 2020 hingga awal 2021 itu.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya