Liputan6.com, Jakarta - Prancis memiliki prinsip menjunjung tinggi kebebasan. Prinsip itu tertuang di Deklarasi HAM Prancis yang sudah ada sejak Revolusi Prancis dan sebelum Napoleon Bonaparte berkuasa.
Fenomena clash of civilization (benturan peradaban) lantas terjadi karena prinsip kebebasan berpendapat di Prancis sedang terbentur dengan isu agama.
Baca Juga
Advertisement
Media Charlie Hebdo di Prancis kerap mengkritik tokoh agama, termasuk Islam. Karikatur Nabi Muhammad yang diterbitkan negara itu memprovokasi oknum radikal di Prancis, sebab kartun nabi tidak dibolehkan dalam ajaran Islam.
Cendekiawan Islam menilai perlu ada dialog-dialog kebudayaan dan peradaban agar muncul sikap saling empati dari berbagai pihak.
"Jalan tengah perlu dilakukan. Dialog-dialog kultural di antara berbagai komunitas untuk menjembatani ketegangan yang ada saat ini, karena dengan dialog tersebut akan muncul suatu sikap empati, simpati, sehingga kemudian kita saling menghargai, sebagaimana Islam diajarkan untuk menghormati Yesus, menghormati Nabi Musa, bahkan kitab-kitab suci mereka," jelas cendekiawan Nahdlatul Ulama Zuhairi Misrawi kepada Liputan6.com, Sabtu (31/10/2020).
Pria yang akrab dipanggil Gus Mis itu menyebut ada isu-isu yang masih tidak dipahami negara Barat tentang Islam. Ia berkata masalah itu tak terlepas dari kolonialisme di masa lalu.
Hal ini ia anggap sebagai tanggung jawab bagi umat Muslim dan institusi-institusinya agar Prancis dan dunia Barat dapat diberi pemahaman.
"Tanggung jawab dari kita sebagai negara yang mayoritas penduduknya Muslim, tanggung jawabnya menjelaskan sosok Nabi Muhammad kepada Barat. Ini harus menjadi satu kebijakan kita terutama melalui Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Dialog Peradaban
Pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, menyebut perlunya meningkatkan pemahaman dan diskusi tentang peradaban dunia.
Sebagai contoh, ia menyayangkan pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang kontroversial terkait polemik ini. Yon Machmudi menyebut level kepala negara seharusnya memahami isu peradaban.
Meski mengapresiasi pemerintah Indonesia yang protes ke Prancis, Yon Machmudi menyarankan agar pemerintah bisa membantu adanya diskusi peradaban.
"Apa yang dilakukan pemerintah menyampaikan protes, kecaman, saya rasa sudah sesuai dengan tugasnya. Tapi tentu juga bisa diperkuat kembali untuk mengajak dunia internasional melihat bahwa ini adalah persoalan serius," ujarnya.
"Pentingnya dialog peradaban di level dunia karena ini persoalan serius kalau dibiarkan," jelasnya.
Advertisement