Menjaga Kekayaan Bahasa Sulawesi Tengah dari Ancaman Kepunahan

Ancaman kepunahan bahasa di Sulteng juga disebut dapat terjadi jika tidak ada kepedulian untuk melestarikannya.

oleh Heri Susanto diperbarui 31 Okt 2020, 17:00 WIB
Peneliti Bahasa dari Balai Bahasa Sulteng, Deni Karsana saat menunjukkan Kamus Bahasa Lokal Sulawesi Tengah, Rabu (28/10/2020). (Foto: Liputan6.com/ Heri Susanto).

Liputan6.com, Palu - Sulawesi Tengah disebut sebagai salah satu daerah dengan kekayaan bahasa ibu, bahkan berada di urutan ke-3 terbanyak se-Indonesia. Walau begitu ancaman kepunahan bahasa di Sulteng juga disebut dapat terjadi jika tidak ada kepedulian untuk melestarikannya.

Peneliti Bahasa dari Balai Bahasa Sulawesi Tengah, Deni Karsana, menyebut hingga tahun 2020 ini jumlah bahasa lokal atau bahasa ibu di Sulteng tercatat sebanyak 52 bahasa. Bahasa-bahasa ibu itu ditemukan hampir di semua daerah yang ada di sulteng.

“Jumlah itu membuat Sulawesi Tengah berada di urutan ke-3 dalam hal kekayaan bahasa ibu se-Indonesia,” Kata Deni di kantornya, Rabu (28/10/2020).

Walau begitu Deni mengingatkan, ancaman kepunahan bahasa ibu tetap ada jika tidak ada kepedulian dari semua pihak. Sejauh ini berdasarkan penelitian Balai Bahasa Sulteng, sudah ada beberapa bahasa ibu di daerah bagian tengah Sulawesi tersebut yang dinyatakan hilang lantaran tidak ada lagi penutur.

“Di bagian utara Donggala misalnya dulu pernah ada bahasa Jedu, tapi sekarang tak ada lagi penuturnya,” Deni mengungkapkan.

Kepunahan kata Deni menjadi ancaman serius terutama untuk bahasa ibu yang berada di wilayah pedalaman  dengan penutur yang terbilang sedikit.

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Komitmen dan Inovasi untuk Melestarikan Bahasa Ibu

Seorang mahasiswa sedang membaca buku pengetahuan Bahasa Kaili di perpustakaan Balai Bahasa Sulteng. (Foto: Liputan6.com/ Heri Susanto).

Balai Bahasa Sulawesi Tengah sendiri terus berupaya agar kosakata dari bahasa ibu asli Sulteng masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) agar dikenal luas. Upaya lain yakni dengan mendorong pemda di daerah-daerah untuk membuat kamus bahasa lokal mereka.

Pelestarian bahasa ibu atau lokal mesti menjadi komitmen bersama agar kekayaan sekaligus ciri khas lokal itu tidak hilang ditinggalkan generasi muda. Upaya pengenalan kembali dengan cara kreatif dinilai Deni jadi salah satu cara efektif untuk menjaga bahasa ibu tetap lestari dan akrab di telinga orang banyak.

“Pemda bisa membuat muatan lokal bahasa daerah di semua tingkatan pendidikan tidak hanya tingkatan tertentu. Kampanye melalui kemasan produk lokal dengan menggunakan bahasa lokal juga bisa dilakukan untuk mengakrabkan ke orang banyak,” kata Deni.

Hingga tahun 2020 ini di antara 52 bahasa ibu dari Sulawesi Tengah tersebut sendiri, bahasa-bahasa dari Suku Kaili, Pamona, dan Petapa sudah masuk ke dalam KBBI edisi V. Bahasa Suku Kaili yang merupakan suku terbesar di Sulteng menjadi terbanyak dimuat dalam KBBI.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya