26 Persen Masyarakat Indonesia Belum Putuskan Terima Vaksin Covid-19 atau Tidak

Persentase masyarakat yang masih belum memutuskan untuk menerima vaksin Covid-19 dinilai sebagai tantangan keberhasilan vaksinasi massal.

oleh Liputan6.com diperbarui 31 Okt 2020, 13:50 WIB
Kepala Bagian Pengemasan PT Bio Farma Yudha Bramanti menjelaskan area pengemasan vaksin, Rabu (12/8/2020). Bio Farma bekerja sama dengan tim peneliti vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung sedang melakukan uji klinis tahap 3 vaksin corona. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia terus menggenjot agar vaksinasi Covid-19 dipercepat. Sebagian besar masyarakat Indonesia pun telah mengetahui rencana pemerintah memberikan vaksin khusus Covid-19.

Namun, 26,6 persen masyarakat Indonesia mengaku masih belum memutuskan mau tidaknya menerima vaksin Covid-19. Persentase tersebut didapat berdasarkan dari hasil survei Kementerian Kesehatan bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI).

"Survei Kemenkes dengan ITAGI 64,8 persen mau dilakukan imunisasi untuk vaksin Covid-19, 7,6 persen menolak, dan 26,6 persen belum tahu, masih bingung," ujar Ketua ITAGI, Profesor Sri Rezeki Hadinegoro dalam satu diskusi virtual, Sabtu (31/10/2020).

Sri menuturkan, persentase masyarakat yang masih belum memutuskan untuk menerima vaksin Covid-19 merupakan tantangan keberhasilan vaksinasi secara massal. Sebab, imbuh Sri, masih banyak disinformasi tentang vaksin, termasuk vaksin Covid-19.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tidak Lebih Baik dari Herd Immunity

Untuk itu, kata Sri, tugas pemerintah dan masyarakat patut ditingkatkan untuk memberikan penjelasan tentang keamanan dan pentingnya vaksin di masa pandemi saat ini.

"Jadi ini (masyarakat belum memutuskan vaksin) yang perlu diberi penjelasan," tutur dia.

Sri menjelaskan, di masa pandemi dengan tingkat penularan yang cukup tinggi vaksin menjadi upaya pencegahan yang efektif. Ia tidak sependapat jika ada pernyataan herd immunity lebih baik dibanding menggunakan vaksin.

"Bisa saja kita diamkan saja untuk herd immunity, tapi itu tidak mungkin karena disiplin jaga jarak tidak tercapai. Apa kita harus tunggu semua sakit? kalau harus masuk ICU meninggal, dokter kalang kabut," tutur dia.

 

Reporter: Titin Supriatin

Sumber: Merdeka

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya