Liputan6.com, Jakarta - Bakso merupakan makanan yang digemari banyak orang, lantaran baso cocok disantap di setiap waktu, baik pagi, siang dan malam hari. Di Indonesia, tentunya bakso sudah menjamur ke berbagai pelosok daerah, sehingga warung bakso maupun bakso gerobak dapat dengan mudah dijumpai salah satunya gerobak bakso Basovil milik Debora Ayu (25) perempuan asal Cianjur.
Dengan modal awal Rp 500 ribu, pada 2019 ia membuka usaha bakso di depan rumahnya dengan sistem prasmanan. Namun dikarenakan adanya pandemi covid-19, pendapatannya menurun drastis, karena kebijakan PSBB selama 3 bulan yang memaksanya untuk menutup usahanya sementara.
Advertisement
Tapi dengan sisa tabungan Rp 1 juta, ia mencari cuan dengan jemput bola berjualan keliling menggunakan gerobak motor yang sudah di desain dan kini ia memiliki 3 armada gerobak motor dan 2 toko offline bakso prasmanan di daerah Cianjur dan sekitarnya.
“Untuk Basovilnya mulai Februari 2020. Kita awalnya buka dirumah ada angkringan gitu, biar inovasi baru jadi buat bakso angkringan prasmanan alhamdulillah penghasilannya lumayan dan banyak peminatnya,”kata Debora kepada Liputan6.com, Minggu (1/11/2020).
Ia menerapkan sistem prasmanan tujuannya agar pelanggan bebas memilih jenis bakso apa saja, dan harga pun disesuaikan dengan kantong pelanggan. Sehingga kalangan menengah ke bawah dan ke atas bisa menikmati bakso buatannya.
“Kita pilihnya baso, tapi supaya beda dari yang lain kita sistemnya prasmanan ada macam-macam bakso kurang lebih ada 12 jenis bakso, Ada bakso mozarella, bakso telur puyuh, bakso mercon, baso urat besar, baso urat kecil, siomay kukus, siomay goreng, bakso crispy, pangsit dan yang baru ada bakso gunung dan bakso mangkok,” jelasnya.
Dalam sehari ia mampu menjual 100 porsi bakso, sehingga untuk 3 armada gerobak motor dan 2 toko offline bakso prasmanan ia bisa menghasilkan Rp 1-1,5 juta per hari, dan dalam sebulan penghasilannya bisa mencapai Rp 15 juta.
Saat ini ia dibantu oleh 7 pekerja, 3 orang pekerja keliling dan 4 orang pekerja di toko offline baksonya. Untuk penggajiannya ia menerapkan sistem persenan, yakni 20 persen penghasilan per hari dibagi dengan pekerja.
“Kalau untuk gaji kita tidak tetap karena kita sistemnya persentase, kalau yang keliling kita kasih 25 ribu untuk uang bensin dan makan dan persentase hasil jualan 20 persen. Dari total pendapatan rata-rata paling sedikit Rp 100 ribu untuk pedagang kelilingnya,” katanya.
Lanjut Debora menjelaskan, kelebihan dari bakso yang dijualnya yakni harga dan jenis baksonya bervariasi, menerapkan sistem prasmanan, lalu gerobak dan pedagang dijamin kebersihannya karena menerapkan protokol Kesehatan.
“Kebersihannya juga kan kadang gerobak keliling dinilainya kurang higienis, tapi kita berusaha untuk tetap steril apalagi di kondisi saat ini, untuk pedagang yang jualnya sudah kita training untuk tetap bawa hand sanitizer dan sarung tangan dalam penyajiannya,” ujar Mojang Cianjur ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pemasaran
Sementara untuk pemasarannya masih di sekitar Cianjur yakni Cipanas dan Puncak. Namun, untuk kedepannya jika ia berkesempatan mendapatkan free pemakaian Kitchen dari Everplate ia akan memanfaatkan kesempatan itu untuk mengembangkan usaha baksonya.
“Tertarik banget, bisa untuk jadi strategi kita untuk lebih luas lagi pemasarannya. Saya lihat kitchennya bagus banget, sehingga kalau saya terpilih saya bisa menyusun strategi untuk memanfaatkan dapur itu sebaik mungkin,” ungkapnya.
Selain itu, perempuan 25 tahun ini juga sedang mengembangkan bisnis lain yakni membuat bakso dalam kemasan. Dan saat ini dalam tahap proses perizinan, dan jika telah selesai semua prosesnya maka produknya siap dipasarkan.
Tak berhenti disitu, ia juga berkeinginan untuk membuka cabang di daerah lain seperti di Jakarta dan Bali. Ia mengajak anggota keluarganya yang di luar kota untuk bekerja sama, agar Basovil miliknya bisa dinikmati oleh banyak orang di daerah lain.
Demikian ia berpesan kepada generasi cuan agar tak patah semangat meskipun di masa sulit pandemi covid-19. Menurutnya, dalam keadaan sesulit apapun jika jeli melihat peluang maka cuan bisa terus dihasilkan.
Ditengah kesulitan yang ada jangan diambil sebagai sesuatu yang sulit tapi kita cari peluangnya, di masa pandemi awal-awal memang musibah karena minus penghasilan, namun kita berpikir bagaimana caranya agar usaha tetap bertahan dengan mencari kesempatan berjualan keliling, tanpa melupakan Kesehatan dengan mengikuti protokol Kesehatan,” pungkasnya.
Advertisement