Kasus COVID-19 Tembus 1 Juta, Inggris Kembali Lockdown Nasional

PM Inggris Boris Johnson memutuskan untuk memberlakukan lockdown secara nasional usai melaporkan satu juta kasus.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 01 Nov 2020, 10:00 WIB
Tanda peringatan pemakaian masker di stasiun kereta Waterloo di pusat kota London, pada 8 Juni 2020. (Foto: AFP / Justin Tallis)

Liputan6.com, London - Perdana Menteri Boris Johnson memerintahkan Inggris untuk kembali menerapkan lockdown nasional pada Sabtu 31 Oktober, setelah Inggris melewati 1 juta kasus COVID-19 dan gelombang infeksi kedua yang mengancam akan membanjiri layanan kesehatan.

Mengutip Channel News Asia, Minggu (1/11/2020), Inggris, yang memiliki jumlah kematian resmi terbesar di Eropa akibat COVID-19, bergulat dengan lebih dari 20.000 kasus virus corona baru setiap hari.

Tak hanya itu, para ilmuwan juga telah memperingatkan akan adanya skenario "kasus terburuk" dimana 80.000 kematian dapat terlampaui.

Pada konferensi pers yang diadakan dengan tergesa-gesa di Downing Street setelah isu penerapan lockdown bocor ke media lokal, PM Boris Johnson mengatakan bahwa penguncian selama satu bulan di Inggris akan dimulai pada Kamis pagi mendatang dan berlangsung hingga 2 Desember. 

Dalam beberapa batasan paling berat dalam sejarah Inggris, orang hanya akan diizinkan meninggalkan rumah untuk alasan tertentu seperti pendidikan, pekerjaan, olahraga, berbelanja kebutuhan pokok dan obat-obatan atau merawat orang lain yang rentan.

"Sekaranglah waktunya untuk mengambil tindakan karena tidak ada alternatif," kata Johnson, yang ketika pidatonya diapit oleh kepala petugas medis, Chris Whitty, dan kepala penasihat ilmiahnya, Patrick Vallance. 

"Kecuali jika kita bertindak, kita bisa melihat kematian di negara ini mencapai beberapa ribu sehari."

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Aturan Pembatasan Baru di Inggris

Pelanggan menikmati makan siang di meja di luar restoran di Soho, London, ketika pemerintah Inggris mempertimbangkan pembatasan baru pada Minggu (20/9/2020). Inggris kemungkinan akan kembali memberlakukan tindakan lockdown akibat lonjakan tajam infeksi virus corona COVID-19. (DANIEL LEAL-OLIVAS/AFP)

Pemerintah akan menghidupkan kembali skema subsidi upah darurat virus corona untuk memastikan pekerja yang diberhentikan sementara selama lockdown diberlakukan di seluruh Inggris, menerima 80 persen dari gaji mereka.

Toko-toko penting, sekolah, dan universitas akan tetap buka, kata Johnson, dan sementara kegiatan olahraga profesional akan terus berlanjut, olahraga amatir untuk orang dewasa dan anak-anak akan diminta untuk dihentikan.

Pub dan restoran akan ditutup dan hanya melayani untuk dibawa pulang, dan perjalanan internasional keluar tidak disarankan kecuali untuk pekerjaan. Selain itu, semua ritel non-esensial juga akan ditutup.

Tempat ibadah akan tetap dibuka untuk kegiatan doa pribadi, meskipun pemakaman akan dibatasi hanya untuk anggota keluarga dekat saja.

Pengenaan pembatasan yang lebih ketat oleh Johnson dilakukan setelah para ilmuwan memperingatkan wabah itu menuju ke arah yang salah dan bahwa tindakan diperlukan untuk menghentikan penyebaran virus jika masyarakat memiliki harapan untuk bisa berkumpul pada Natal mendatang.


Lockdown di Inggris

Orang-orang makan dan minum di Covent Garden, di London, Selasa (22/9/2020). Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, telah mengumumkan bahwa pub dan restoran tutup pada pukul 10 malam, karena lonjakan kasus virus corona di seluruh Inggris. (AP Photo / Alberto Pezzali)

Langkah-langkah tersebut membawa Inggris selaras dengan Prancis dan Jerman yang telah memberlakukan pembatasan nasional.

Johnson dikritik oleh lawan politiknya karena sebelumnya bergerak terlalu lambat untuk menerapkan lockdown yang pertama, yang berlangsung dari 23 Maret hingga 4 Juli. Kemudian, ia pun jatuh sakit karena COVID pada akhir Maret dan dirawat di rumah sakit pada awal April.

Penguncian nasional mewakili perubahan dramatis kebijakan bagi perdana menteri, yang telah mengatakan selama berbulan-bulan bahwa itu tidak perlu.

Dua minggu lalu dia membela strateginya terkait penerapan pembatasan lokal dengan mengatakan dia ingin menghindari "penderitaan penguncian nasional". 

Saat ini, wilayah Inggris tunduk pada salah satu dari tiga tingkatan pembatasan virus corona.

"Saya optimis bahwa ini akan terasa sangat berbeda dan lebih baik pada musim semi," kata Johnson, menambahkan bahwa ada harapan yang realistis untuk mendapatkan vaksin pada kuartal pertama tahun depan.


Alasan Lambat Terapkan Lockdown

PM Inggris, Boris Johnson selesai memberikan pernyataan pada hari pertamanya kembali bekerja setelah pulih dari virus Corona di Downing Street, London, Senin (27/4/2020). Ini menjadi kemunculan pertama PM Johnson di depan publik setelah hampir sebulan terinfeksi COVID-19. (AP/Frank Augstein)

Ketika ditanya oleh wartawan apa yang membuatnya begitu lama untuk memberlakukan lockdown nasional, Johnson mengatakan itu adalah perjuangan terus-menerus untuk menyeimbangkan risiko terhadap kehidupan dan risiko mata pencaharian.

"Kami harus memperhatikan sepanjang waktu bekas luka dan dampak ekonomi jangka panjang dari tindakan tersebut," kata Johnson. Penasihat medisnya, Whitty, mengatakan bahwa tanpa tindakan yang lebih keras maka Layanan Kesehatan Nasional bisa kewalahan.

Keir Starmer, pemimpin oposisi Partai Buruh, yang menyerukan penguncian sejak dua minggu lalu, mengatakan penundaan penerapan pembatasan akan datang "dengan risiko ekonomi dan manusia".

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya