Liputan6.com, Jakarta Gelombang protes atas pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron terjadi di seluruh penjuru negeri tak terkecuali Tanah Air. Umat muslim di seluruh dunia mengecam pernyataannya yang dinilai telah menghina Islam.
Alhasil pemboikotan terhadap sejumlah produk asal Prancis pun kini gencar disuarakan.
Advertisement
Dipicu saat terjadi insiden pembunuhan terhadap seorang guru sejarah, Samuel Paty, pada 16 Oktober lalu. Paty dibunuh oleh teroris akibat membahas karikatur Nabi Muhammad di depan kelas.
Pemerintah Prancis mengecam kasus itu dan mendukung prinsip kebebasan berpendapat. Presiden Emmanuel Macron bahkan mengkritik aksi itu sebagai tindakan Islam radikal.
Hal inilah yang kemudian memicu gelombang protes dari sejumlah negara-negara Arab dan kecamanan dari sejumlah pemimpin dunia. Salah satunya dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
"Indonesia juga mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang menghina agama Islam, yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia," kata Jokowi saat konferensi pers secara virtual dari Istana Merdeka Jakarta, Sabtu, 31 Oktober 2020.
Bahkan pemerintah telah memanggil Duta Besar Prancis untuk meminta penjelasan terkait pernyataan Emmanuel Macron tersebut.
"Pemanggilan Dubes (Chambard) dan penyampaian secara langsung kecaman Indonesia merupakan penegasan posisi Indonesia untuk diketahui pihak Prancis," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Teuku Faizasyah.
Berikut pernyataan sikap Jokowi atas ucapan Presiden Emmanuel Macron yang dinilai telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia:
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Terorisme Tidak Ada Hubungan dengan Agama Apa pun
Jokowi menegaskan bahwa tidak ada satu pun agama di dunia yang terkait dengan tindakan terorisme.
"Terorisme adalah terorisme. Teroris adalah teroris. Terorisme tidak ada hubungannya dengan agama apa pun," tegas Jokowi dalam konferensi pers secara virtual dari Istana Merdeka Jakarta, Sabtu, 31 Oktober 2020.
Kebebasan berekspresi memang merupakan hak setiap manusia. Namun, kata Jokowi, kebebasan berekpresi yang mencederai kehormatan, kesucian serta kesakralan nilai-nilai dan simbol agama tidak bisa dibenarkan.
"Mengaitkan agama dengan tindakan terorisme sebuah kesalahan besar," jelas dia.
Advertisement
Memanggil Duta Besar Prancis
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Teuku Faizasyah mengatakan pemerintah Indonesia telah memanggil Duta Besar Prancis Olivier Chambard untuk meminta penjelasan mengenai pernyataan Presiden Macron.
Dia menjelaskan bahwa Indonesia keberatan terhadap pernyataan Presiden Macron yang mengindikasikan ada kaitan antara agama dan tindakan terorisme.
"(Tindakan yang) mengaitkan agama apa pun - dalam hal ini adalah Agama Islam - dengan tindakan terorisme tidak bisa dibenarkan dan sungguh menyakitkan bagi pemeluk agama tersebut," ujar Faizasyah, Kamis, 29 Oktober 2020.
Tidak hanya Indonesia, beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim seperti Turki, Arab Saudi, Iran, Bangladesh, Palestina, dan Pakistan juga mengecam pernyataan Presiden Prancis Macron.
Dapat Memecah Persatuan Antarumat Beragama
Jokowi menyebut, pernyataan Macron dapat memecah belah persatuan antar umat beragama di dunia. Padahal, saat ini dunia tengah dilanda pandemi virus Corona (Covid-19).
"Di saat dunia memerlukan persatuan untuk menghadapi pandemi Covid-19," ucapnya.
Jokowi menyatakan, kebebasan berekpresi yang mencederai kehormatan, kesucian, dan kesaklaran nilai-nilai serta simbol agama tidak bisa dibenarkan.
Dia menekankan bahwa terorisme tidak ada hubungannya dengan agama apapun. "Mengaitkan agama dengan tindakan terorisme sebuah kesalahan besar," ujar Jokowi.
Advertisement