Liputan6.com, Jakarta Sebuah obat tidur bernama zolpidem yang biasanya digunakan untuk membantu orang tidur rupanya juga bisa membantu menyembuhkan pasien dengan cedera otak serius.
Seperti diberitakan NY Post, kejadian ini terjadi beberapa tahun lalu. Seorang pria Belanda yang dilaporkan IFLScience dengan nama Richard, merupakan penderita cedera otak yang mengalami kekurangan oksigen setelah tersedak makanan. Setelah kecelakaan yang terjadi pada usia 29 tahun, fungsi motoriknya tidak pernah pulih sepenuhnya. Sejak saat itu ia tidak dapat berbicara, bergerak atau bahkan untuk makan sendiri.
Advertisement
Richard kemana-mana harus menggunakan kursi roda, juga membutuhkan selang makanan dan pengasuh sepanjang waktu. Dengan kondisi demikian, siapapun tidak akan ada yang menyangka bahwa suatu saat ia bisa kembali pulih.
Hisse Arnts, residen bedah saraf di Amsterdam UMC, mendiagnosis kondisinya sebagai Mutisme Akinetic, merupakan sindrom neurologis yang memengaruhi pergerakan dan fungsi berbicara.
“Pasien-pasien ini memiliki tingkat kesadaran yang utuh tetapi tidak memiliki kemampuan untuk berbicara atau bergerak secara spontan," kata Arnts, yang ikut menulis penelitian tersebut.
"Pasien terus-menerus berada dalam kondisi apatis yang mendalam, tampaknya tidak peduli terhadap rasa sakit, haus, lapar, dan tidak menunjukkan emosi."
Dr. Willemijn van Erp, dokter perawatan lansia dan peneliti di Radboud University, ikut menulis penelitian tersebut, yang diterbitkan dalam jurnal Cortex.
“Jelas bahwa Richard melihat dan mendengar kami,” kata van Erp. Tetapi karena cedera otak, dia hampir tidak dapat menanggapi kami.
Van Erp yang masih dalam masa pelatihan saat itu bertemu Richard yang kini berusia 37 tahun telah menyadari manfaat obat tidur seperti zolpidem telah digunakan sebagai pengobatan eksperimental kepada pasien lumpuh. Termasuk obat penenang seperti ambien dan intermezzo.
Hampir delapan tahun Richard hidup dengan kondisi tidak bisa menanggapi apapun. Keluarganya telah bersiap untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi padanya.
"Karena situasi Richard tampak tidak ada harapan, saya dan keluarga memutuskan untuk memberikan obat ini kepada Richard," kata van Erp.
Simak Video Berikut Ini:
Efek Terasa Setelah Satu Dosis
Hanya dalam 20 menit setelah satu dosis 10 miligram, Richard mulai berbicara, meminta seseorang untuk membawakannya makanan cepat saji.
“Di luar dugaan, zolpidem memiliki efek yang luar biasa. Setelah meminum obat tidur, Richard mulai berbicara, ingin menelepon ayahnya, dan mulai mengenal saudara-saudaranya lagi,” kata van Erp.
Dengan dibantu perawat, dia bahkan bisa bangkit dari kursi roda dan berjalan beberapa langkah.
Sayangnya, efek tersebut hanya berlangsung sekitar dua jam, setelahnya Richard kembali bisu. Pemindaian otak Richard menggambarkan efek zolpidem, jelas Arnts kepada IFLScience.
Ia menjelaskan bahwa kondisi fungsi otak Richard dapat digambarkan seperti orkestra string besar. Biola yang dimainkan pertama, terlalu lantang sehingga menenggelamkan anggota orkestra senar lainnya dan membuat anggota lain kesulitan mendengar satu sama lain. Sedangkan zolpidem berperan sebagai 'pianissimo' di awal, sehingga semua orang kembali bergerak sebagaimana mestinya.
"Itu benar-benar bagian yang indah dari studi kami," katanya.
Para dokter belum sepenuhnya memahami hubungan antara mutisme akinetik dan zolpidem, atau mengapa keberhasilannya hanya sementara, yang mereka sebut sebagai “fenomena paradoks” dalam laporan tersebut.
Dosis Richard dengan cepat ditingkatkan menjadi tiga dosis per hari. Sayangnya, efek positif mulai mereda dengan peningkatan penggunaan setelah beberapa hari.
Arnts dan van Erp berharap untuk menerapkan temuan mereka pada solusi jangka panjang untuk pasien mutisme yang disebabkan oleh cedera otak parah, dan pihak universitas menyatakan akan terus bekerja sama dengan Richard.
Advertisement