Liputan6.com, Jakarta Para ilmuwan masih terus melakukan penelitian terhadap COVID-19. Salah satu yang dicari tahu adalah bagaimana dampak dari terkena penyakit tersebut terhadap generasi yang akan datang.
Para peneliti di University of Bergen, Norwegia baru-baru ini tengah mengumpulkan sperma dari pasien COVID-19 untuk mencoba melihat tentang hal tersebut.
Advertisement
Studi ini bertujuan untuk melihat bagaimana infeksi COVID-19 mempengaruhi sistem kekebalan dan penelitian lanjutan akan mencoba mengungkap apakah virus corona akan mempengaruhi sistem kekebalan anak-anak mereka di masa depan.
"Sistem kekebalan dilatih oleh segalah jenis infeksi," kata Profesor Cecilie Svanes dari Centre for International Health, University of Bergen seperti dilansir dari EurekAlert pada Senin (2/11/2020).
"Kami ingin mempelajari bagaimana hal itu dipengaruhi oleh COVID-19 dan juga apakah infeksi tersebut berimplikasi pada sistem kekebalan generasi masa depan," tambahnya.
Svanes mengatakan, alasan tersebut membuat mereka mempelajari sperma sebagai studi tambahan pada darah.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Analisa Sperma untuk Melihat Efek COVID-19 pada Keturunan
Hingga saat ini, 50 pasien COVID-19 berusia 30 sampai 40 tahun sudah mengirimkan sampel spermanya. Direncanakan, peserta akan kembali 12 bulan lagi untuk tes lebih lanjut.
Ia mengatakan, semua jenis infeksi merangsang reaksi dalam sistem kekebalan.
"Pengujian sebelumnya pada hewan telah menunjukkan bahwa infeksi dapat mempengaruhi sistem kekebalan generasi masa depan baik secara negatif maupun positif," kata Svanes.
Dia memberikan contoh, infeksi cacing helminth, ditemukan berefek positif pada sistem kekebalan di antara keturunan pada tikus. Namun sepsis, berdampak negatif pada anak-anak tikus.
Svanes dan rekan-rekannya percaya bahwa ada hubungan antara infeksi, sperma, dan keturunan yang merupakan hasil dari perubahan epigenetika, yang mempengaruhi bagaimana materi turunan dibaca dan dipahami, serta bagaimana tubuh membangun protein yang terlibat dalam sistem kekebalan.
Lebih lanjut, Svanes dan para peneliti lainnya menyatakan bahwa mereka harus menunggu pasien COVID-19 dalam studinya untuk memiliki anak sehingga, mereka dapat melihat efek dari infeksi yang terjadi pada sang ayah, terhadap respon imun anak-anaknya.
Mereka juga mempelajari dan membandingkan sperma dan darah dari pasien yang diambil dari kelompok kontrol tanpa COVID-19.
"Jika kami menemukan perubahan negatif yang cukup besar pada sperma, ada kemungkinan kami akan menyarankan orang untuk menunggu memiliki anak, misalnya satu tahun setelah infeksi COVID-19," kata Svanes.
Advertisement