Liputan6.com, Jakarta - Dari 1.918 transaksi penjualan gabah di 28 provinsi selama Oktober 2020, tercatat transaksi gabah kering panen (GKP) 68,87 persen, gabah kering giling (GKG) 19,14 persen, dan gabah luar kualitas 11,99 persen.
Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), selama Oktober 2020, rata-rata harga GKP di tingkat petani Rp 4.815 per kg atau turun 1,56 persen. Sementara di tingkat penggilingan Rp 4.928 per kg, atau turun 1,34 persen dibandingkan harga gabah kualitas yang sama pada bulan sebelumnya.
Advertisement
“Seperti yang saya sampaikan September lalu, bahwa potensi panen Oktober 2020 lebih tinggi dari posisi panen Oktober 2019. Sementara, GKG secara bulanan (mtm) naik 0,29," ujar Kepala BPS, Kecuk Suhariyanto dalam Rilis BPS, Senin (2/11/2020).
Kecuk memaparkan, rata-rata harga GKG di tingkat petani Rp 5.406 per kg, atau naik 0,29 persen. Untuk di tingkat penggilingan yakni Rp 5.527 per kg, atau naik 0,13 persen.
Harga gabah luar kualitas di tingkat petani Rp 4.602 per kg atau naik 0,22 persen. di tingkat penggilingan, yakni Rp 4.710 per kg atau naik 0,72 persen.
Adapun rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan pada Oktober 2020, sebesar Rp 9.813 per kg, turun sebesar 0,59 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
“Sedangkan beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp 9.463 per kg atau naik sebesar 0,62 persen. Dan rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan sebesar Rp 9.147 per kg atau naik sebesar 1,33 persen,” papar Kecuk.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Harga Cabai di 82 Kota Naik, Tertinggi di Bulukumba Melonjak 85 Persen
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, menguraikan sejumlah komoditas yang menyumbang angka inflasi Oktober 2020. tercatat, angka inflasi pada bulan kemarin sebesar 0,07 persen yang didorong oleh kenaikan harga cabai, bawang merah da dan minyak goreng.
“Dari 11 kelompok pengeluaran yang ada, 6 kelompok pengeluaran mengalami inflasi. Sementara 5 kelompok pengeluaran mengalami deflasi,” kata dia dalam Rilis BPS, Senin (2/11/2020).
Tercatat, inflasi tertinggi berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,29 persen. Adapun komoditas yang dominan memberikan andil untuk kelompok ini, antara lain cabai merah, bawang merah, dan minyak goreng.
“Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi kepada kelompok makanan, minuman dan tembakau, yang pertama adalah cabai merah yang memberikan andil inflasi sebesar 0,09 persen. Kemudian disusul oleh bawang merah yang memberikan andil inflasi sebesar 0,02 persen. Dan satu lagi adalah minyak goreng sebesar 0,09 persen,” jelas Suhariyanto.
Untuk cabai merah, Suhariyanto mengatakan kenaikan harga terjadi di 82 kota IHK. Kenaikan tertinggi terjadi di Bulukumba sebesar 85 persen, kemudian di Padangsidimpuan dan Tegal masing-masing 76 persen.
Sementara untuk bawang merah, kenaikan harganya terjadi di 70 kota IHK, dimana kenaikan tertinggi terjadi di Lhokseumawe sebesar 33 persen.
“Itu yang menyebabkan kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,29 persen dan memberikan andil 0,07 persen,” kata Suhariyanto.
Kemudian kelompok penyumbang inflasi lainnya adalah penyediaan makanan dan minuman atau restoran yang tercatat sebesar 0,19 persen pada Oktober, atau memberikan andil sebesar 0,02 persen terhadap inflasi. Kemudian ada kelompok kesehatan sebesar 0,15 persen, memberikan andil 0,01 persen. Pakaian dan alas kaki 0,09 persen, andilnya terhadap inflasi 0,01 persen.
Lalu kelompok Pendidikan yang inflasi Oktober tercatat 0,4 persen, dan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya inflasi Oktober sebesar 0,02 persen, keduanya tak memberikan andil atau 0,0 persen.
Sebaliknya, deflasi paling banyak disumbangkan dari kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,1 persen. Atau tercatat deflasi 0,04 pada Oktober 2020.
“Komoditas yang dominan memberikan andil dalam kelompok pengeluaran ini adalah penurunan tarif listrik yang memberikan andil kepada deflasi sebesar 0,01 persen,” jelas Kecuk.
Pada bulan Oktober ini, BPS mencatat pula penurunan harga untuk beberapa komoditas. Sehingga menyumbang kepada deflasi antara lain adalah telur ayam ras yang memberikan andil kepada deflasi sebesar 0,22 persen, daging ayam ras dan beberapa jenis buah-buahan yang masing-masing memberikan andil kepada deflasi sebesar 0,01 persen.
Lebih lanjut, kelompok pengeluaran lain yang tutut mencatatkan deflasi antara lain; perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rumah tangga, deflasi Oktober tercatat 0,04 persen, memberikan andil kepada inflasi sebesar -0,01 persen. Kelompok transportasi, andilnya -0,02 persen.
Selanjutnya, kelompok perawatan pribadi dan jasa yang adilnya kepada inflasi sebesar -0,01 persen dengan deflasi Oktober 2020 tercatat 0,11 persen. Dan kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mencatatkan deflasi 0,02 persen, dan andilnya adalah 0,0 persen.
Advertisement