Liputan6.com, Washington, D.C. - Rakyat Amerika Serikat akan memutuskan apakah Presiden Donald Trump layak mendapat periode kedua. Pilpres AS digelar pada Selasa (3/11/2020).
Sebelumnya perlu diketahui bahwa sistem pilpres AS tidak sama dengan Indonesia. Di Indonesia, presiden otomatis terpilih dengan suara terbanyak, tetapi itu tak berlaku di AS.
Baca Juga
Advertisement
Pilpres AS menganut sistem electoral college. Artinya, pemilih harus memenangkan elektor di negara bagian masing-masing.
Berikutnya, para elektor itu akan memilih presiden sesuai pemenang di negara bagian mereka.
Agar bisa mengikuti serunya drama politik di AS, berikut 7 fakta pilpres AS:
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
1. Bukan Pemilihan Langsung
Bagi rakyat Indonesia, pemenang pilpres adalah calon dengan suara terbanyak. Namun, berbeda dengan sistem pemilu AS.
Pilpres AS memiliki sistem pemilihan tidak langsung (indirect election). Artinya, ketika masyarakat AS datang ke tempat pemungutan suara, mereka sebenarnya memilih orang-orang yang bakal duduk dalam electoral college.
Para elektor inilah yang membawa amanat negara bagian mereka untuk kemudian memilih capres.
Advertisement
2. Electoral College
Di tempat pemungutan suara, pemilih tidak hanya memberikan suara untuk calon presiden, tapi juga calon elektor. Di surat suara, nama mereka biasanya muncul di bawah nama kandidat presiden. Namun ada juga negara bagian yang tidak mencetak nama calon elektor.
Total anggota electoral college berjumlah 538 orang. Setiap negara memiliki jumlah elektor yang berbeda berdasarkan jumlah perwakilan mereka di Kongres (anggota DPR dan senator). Perhitungan itu berdasarkan sensus setiap 10 tahun.
Kadang ada elektor yang berkhianat (faithless elector) tetapi itu tak sering terjadi.
3. Faktor 270
Capres perlu mendapatkan total 270 suara elektor di pilpres AS agar bisa menang.
Sebagai contoh, situs pemilu 270ToWin menyebut bahwa California memiliki 55 elektor. Angka itu berasal dari 53 anggota DPR plus dua senator California di Kongres.
Contoh lain, Texas memiliki 38 elektor, sebab ada 36 anggota DPR di Texas plus dua senator.
Apabila Donald Trump menang di Texas, maka ia mendapat 36 dukungan dari elektor. Bila Trump kalah di California, maka ia kehilangan 53 suara.
Advertisement
4. Negara Bagian dengan Elektor Terbanyak
Empat negara dengan populasi tertinggi memiliki elektor terbanyak, seperti California (55 elektor), Texas (38 elektor), serta Florida dan New York (29 elektor).
48 negara bagian menganut sistem winner-take-all. Contoh, bila capres A menang di California, maka semua elektor di sana berkomitmen memilih orang tersebut (jika tak ada faithless elector).
Dua negara bagian seperti Maine dan Nebraska tidak menganut sistem itu, tetapi membagikan suara elektor ke level distrik. Alhasil, bisa saja elektor dari Maine tak memilih satu capres.
5. Suara Terbanyak Tak Jamin Kemenangan
Perlu diketahui, presiden AS yang mendapat suara total tertinggi tetap akan kalah ketimbang capres yang mendapat suara elektor terbanyak.
Hal itu jarang terjadi karena biasanya capres yang mendapat suara terbanyak juga mendapat elektor terbanyak.
Tetapi, hal langka itu terjadi pada pilpres 2016. Hillary Clinton sebetulnya unggul 3 juta suara tapi tetap kalah di pilpres AS.
Advertisement
6. Clinton Vs Trump dan Bush Vs Gore
Hillary Clinton menang besar di California yang punya populasi tinggi dan jumlah elektor terbanyak, namun Donald Trump berhasil menyapu bersih elektor di negara-negara dengan populasi sedikit seperti North Dakota, South Dakota, Oklahoma, Arkansas, dan Iowa.
Donald Trump juga menang di Texas dan Florida, sehingga kemenangannya seimbang di negara bagian dengan populasi tinggi dan rendah.
Akhirnya, Trump mendapat 304 suara elektor dan terpilih menjadi presiden. Contoh lainnya adalah Presiden George W. Bush yang kalah di suara populer, tetapi unggul di suara elektor.
7. Bisa Memilih Lebih Awal
Donald Trump dan Joe Biden sudah memilih lebih awal. Itu bisa terjadi di sistem AS. Hal itu disebut absentee voting atau mail-in voting.
Situs Vote.org menjelaskan bahwa absentee voting dapat dilakukan jika seseorang tak bisa mencoblos pada Hari-H baik itu karena sakit, tinggal di luar negeri, atau faktor pekerjaan.
Mereka bisa datang langsung untuk mencoblos atau meminta mendapat surat suara agar dikirim lewat pos. Perlu diketahui bahwa tiap negara bagian punya aturan berbeda mengenai ini.
Absentee voting dan mail-in voting ini menjadi polemik di tengah pandemi COVID-19.
Donald Trump menyebut pencoblosan lewat surat berpotensi mengakibatkan kecurangan. Ia juga membedakan antara absentee dan mail-in voting sebagai hal yang berbeda, meski sebetulnya sama.
Advertisement