Dana Asing yang Kabur dari Pasar Saham Indonesia Capai Rp 47,3 Triliun

Di tengah tekanan arus dana keluar di pasar saham Indonesia, terjadi peningkatan peran investor domestik khususnya pada investor ritel.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 02 Nov 2020, 16:15 WIB
Pergerakan saham pada layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/7/2020). IHSG pada perdagangan di BEI turun tajam karena pengumuman Gubernur DKI Anies Baswedan terkait dengan rencana penerapan PSBB secara ketat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, aliran dana asing yang keluar dari Pasar Saham Indonesia sepanjang tahun berjalan (year to date) hingga Oktober 2020 mencapai Rp 47,3 triliun.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan, pasar saham hingga September 2020 masih cenderung mengalami penurunan hingga minus 7 persen secara month to date.

Namun, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memasuki Oktober 2020 hingga kini mengalami penguatan sebesar 5,3 persen month to date. Di sisi lain, sejumlah investor asing masih tetap melakukan penarikan modal.

"Sejalan dengan terjadinya perbaikan di emerging market lainnya, investor non-resident masih melakukan aksi jual bersih di pasar saham sebesar Rp 3,7 triliun di bulan Oktober. Sehingga, secara year to date tercatat 47,3 triliun aliran dana asing masih keluar," kata Wimboh, Senin (2/11/2020).

Di tengah tekanan arus dana keluar, Wimboh melanjutkan, terjadi peningkatan peran investor domestik, khususnya pada investor ritel.

"Ini sejalan dengan program OJK untuk memperluas basis investor pasar saham, dimana terutama investor domestik yang diharapkan mampu menopang kinerja IHSG secara berkelanjutan," sambungnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:


SBN

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara di pasar Surat Berharga Negara (SBN), ia memaparkan, menguat dengan rata-rata yield seluruh tenor turun sebesar 13,8 basis poin. Penguatan itu terjadi meskipun investor non-resident tercatat net sale sebesar Rp 22,7 triliun secara month to date, atau net sale sebesar Rp 106,6 triliun year to date.

"Penguatan pasar SBN ini didulung oleh meningkatnya partisipasi sektor perbankan di SBN pada saat permintaan kredit belum menguat," pungkas Wimboh.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya