Liputan6.com, Jakarta - Presiden Prancis Emmanuel Macron telah menerima kecaman dari banyak negara dengan mayoritas umat Muslim, termasuk Indonesia atas ucapannya yang dinilai menghina Islam.
Kasus ini bermulai dari komentar yang ia ucapkan atas kejadian pemenggalan terhadap seorang guru di Prancis, usai menunjukkan gambar karikatur Nabi Muhammad kepada murid-murid di kelasnya.
Baca Juga
Advertisement
Macron yang bermaksud menjunjung hak kebebasan bersuara di Prancis justru dianggap telah merendahkan Islam. Maksudnya untuk menghapus radikalisme di negaranya kemudian dinilai sebagai upaya pembelaan terhadap penghinaan Islam.
Melalui akun Twitter asli @EmmanuelMacron, ia pun menuliskan beberapa cuitan klarifikasi dalam bahasa Arab.
Diposting pada Minggu (1/11/2020), beberapa cuitan klarifikasi beserta tautan video ia unggah melalui akun tersebut.
"Saya tidak akan pernah menerima bahwa mereka bisa membenarkan kekerasan. Saya percaya bahwa misi kami adalah untuk melindungi kebebasan dan hak kami," tulis Macron dalam cuitannya yang pertama.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Disebut Bela Karikatur Nabi Muhammad
Presiden Macron turut menjelaskan bahwa ia mendukung kebebasan berpendapat di negaranya dan bukan semata-mata mendukung gambar karikatur yang menghina Nabi.
"Mereka menyebut saya bahwa saya "mendukung kartun yang menghina Nabi". Saya mendukung kemampuan menulis, berpikir, dan menggambar dengan bebas di negara saya, ini adalah hak dan kebebasan kami. Saya menyadari ini bisa mengejutkan dan saya menghormatinya, tetapi kita harus membicarakannya," tulis cuitannya lagi.
Lebih lanjut lagi, Presiden Macron menyadari bahwa banyak orang kini menghina Prancis.
"Saya melihat banyak orang akhir-akhir ini mengatakan hal-hal yang tidak dapat diterima tentang Prancis, mendukung semua kebohongan yang dibicarakan tentang kami dan tentang apa yang saya katakan, dan secara implisit berkolusi dengan yang terburuk," tulisnya.
Advertisement
Klarifikasi Lawan Terorisme
Presiden Emmanuel Macron menegaskan bahwa tindakannya saat ini adalah mengecam aksi terorisme di negaranya.
"Saya melihat banyak kebohongan, dan saya ingin menjelaskan hal-hal berikut: Apa yang kami lakukan sekarang di Prancis adalah memerangi terorisme yang dilakukan atas nama Islam, bukan Islam itu sendiri. Terorisme ini telah merenggut nyawa lebih dari 300 warga kita," bunyi cuitan Twitternya kemudian.
Lebih jauh lagi, Presiden Macron menegaskan bahwa aksi terorisme tidak dapat ditolerir di negaranya.
"Para ekstremis mengajarkan bahwa Prancis tidak boleh dihormati. Mereka mengajarkan bahwa wanita tidak setara dengan pria, dan bahwa gadis kecil tidak boleh memiliki hak yang sama dengan anak laki-laki.
Saya memberi tahu Anda dengan sangat jelas: Tidak di negara kita," tegasnya dalam cuitan di akun Twitternya.