BPS Umumkan Pertumbuhan Ekonomi Kamis 5 November 2020, Indonesia Resesi?

Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 Indonesia pada Kamis 5 November 2020

oleh Tira Santia diperbarui 02 Nov 2020, 17:53 WIB
Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 Indonesia pada Kamis 5 November 2020, pukul 11.00 WIB.

Berdasarkan informasi yang disampaikan BPS kepada Liputan6.com, pengumuman resmi akan dibacakan oleh Kepala BPS Suhariyanto secara online yang bisa disaksikan langsung di laman Youtube BPS Statistics.

Sejumlah pihak telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali minus seperti kuartal II minus 5,32 persen, dan kemungkinan besar Indonesia masuk jurang resesi semakin besar.

Ekonom Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 di angka -1,5 hingga -3 persen. Angka ini terbilang lebih kecil dibandingkan kuartal II.

Pertumbuhan ekonomi minus kembali, lantaran kelas menengah dan atas masih melanjutkan untuk menahan belanja dan mengalihkan uang ke simpanan di perbankan. Situasi ini terjadi karena kasus harian covid masih berada diatas 3.000-4.000 kasus sepanjang kuartal III 2020.

“Rem darurat yang ditarik oleh Pemda DKI Jakarta dengan lakukan pengetatan PSBB menurunkan gairah belanja dari konsumen,” kata Bhima kepada Liputan6.com, Senin (2/11/2020).

Selain itu, stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diharapkan cepat pencairannya ternyata masih terkendala hal-hal teknis, sehingga belum efektif dalam mendorong pertumbuhan ekonomi.

“Disisi lain kinerja investasi mulai membaik tapi belum dibarengi dengan perbaikan kinerja ekspor yang signifikan,” pungkasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jokowi Sebut Ekonomi Minus 3 Persen di Kuartal III-2020, Indonesia Resesi?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pemerintah pusat menyalurkan berbagai skema program perlindungan sosial dan bersifat cash transfer dalam Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2020 pada Kamis (22/10/2020). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Lukas)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut jika pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2020 minus 3 persen.  Jika mengacu pada data tersebut, maka Indonesia sudah mengalami penurunan ekonomi dalam 2 kuartal dan menjadikan negara ini masuk jurang resesi.

Meski negatif dikatakan Jokowi, realisasi tersebut lebih baik jika dibandingkan kuartal II 2020 yang minus 5,32 persen.

“Jadi kuartal III mungkin minus tiga persen lebih sedikit, dan itu adalah trennya membaik, tren positif, ini yang harus ditekankan dari pengumuman BPS, dari 5,32 persen (kuartal II) menjadi minus 3 sekian persen,” kata Jokowi saat membuka sidang kabinet paripurna di Istana Negara seperti melansir Antara, Jakarta, Senin (2/11/2020).

Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan akan mengumumkan realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 pada 5 November 2020 mendatang.

Dia mengatakan meskipun pertumbuhan ekonomi masih terkontraksi, namun pada kuartal III 2020 pemulihan sudah terlihat.

Realisasi pertumbuhan ekonomi di paruh ketiga akan membaik dibandingkan kuartal II 2020 yang merosot hingga 5,32 persen.

Maka itu Presiden Jokowi menekankan kepada jajarannya untuk menggenjot realisasi belanja anggaran pada kuartal IV atau paruh terakhir di 2020.

Jokowi berharap dengan penyerapan anggaran yang signifikan di kuartal IV 2020, maka akan mendorong perputaran kegiatan ekonomi sehingga bisa membawa laju perekonomian ke level positif.

“Di kuartal IV 2020 ini saya sampaikan ini sangat penting sekali, agar kita lebih baik lagi, agar bisa memperbaiki lagi, syukur bisa masuk positif, sehingga belanja, spending, harus menjadi kejar-kejaran kita semuanya,” ujar Jokowi.

Untuk Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal III 2020, Presiden Jokowi menyebutkan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan investasi masih berada di level negatif. Maka pemerintah akan terus berupaya meningkatkan stimulus untuk menjaga daya beli masyarakat.

“Sehingga menjadi kewajiban kita semua untuk memperkuat demand, (permintaan) sehingga konsumsi akan jadi lebih baik,” ujar Presiden Jokowi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya