Tampik Isu Bau dan Berkutu, Bulog Pastikan Beras Bansos Berkualitas Baik

Ada oknum yang sengaja ingin menjatuhkan citra Bulog dengan menyebarkan isu beras bau dan berkutu.

oleh Athika Rahma diperbarui 02 Nov 2020, 18:25 WIB
Dirut Perum Bulog Budi Waseso mengunjungi pergudangan beras Bulog di Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (27/2/2020). Jelang Ramadan dan Idul Fitri 2020 Perum Bulog siap mengamankan pasokan beras di seluruh wilayah Indonesia mencapai 1,7 juta ton. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memastikan beras yang disalurkan untuk bantuan sosial (Bansos) kepada masyarakat memiliki kualitas yang baik. Hal itu disampaikannya setelah banyaknya isu yang beredar soal beras bantuan sosial dari Bulog yang bau, berkutu dan dicampur plastik.

Menurut pria yang akrab disapa Buwas ini, ada oknum yang sengaja ingin menjatuhkan citra Bulog dengan menyebarkan isu tersebut.

"Ketika kita salurkan beras bantuan Bulog, seolah beras Bulogi itu tercampur sama beras plastik, bau, berkutu padahal kita cek di lapangan nggak ada. Ini yang dibuat beberapa oknum yang mau citra Bulog negatif, seolah Bulog kayak nggak peduli kualitas," ujar Buwas dalam Bincang Editor "Ketahanan Pangan di Masa Pandemi Covid-19", Senin (2/11/2020).

Adapun, Bulog mendapatkan tugas menyalurkan 450 ribu ton beras bansos kepada 10 juta keluarga dengan target 3 bulan. Buwas bilang, penyaluran beras bansos dilaksanakan dengan lancar dan tidak ada masyarakat yang komplain akan kualitas beras tersebut.

"Kemarin 450 ribu ton diselesaikan bahkan dalam waktu 2 bulan. Nggak ada komplain sama sekali dan terpenuhi dengan baik," kata Buwas.

Bagi Bulog, penting untuk menjaga kualitas bahan pangan yang disalurkan untuk masyarakat karena pangan mendorong terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas. "Kalau tujuan pemerintah menciptakan SDM unggul, berarti pangannya juga harus berkualitas. Jangan hanya mementingkan kuantitas," ujarnya.

Lebih lanjut, Buwas juga memastikan stok beras hingga akhir tahun tercukupi. Saat ini, stok beras Bulog masih tersisa sekitar 1 juta ton lebih.

"Kita masih punya jumlah yang cukup. Kita juga lihat stok di seluruh wilayah di Indonesia, jadi kita simpan stok sesuai kebutuhan. Kita prediksi kalau dibutuhkan suatu waktu itu terpenuhi, secara kualitas dan kuantitas," tandasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Isu Beras Plastik, DPR Sidak Gudang Bulog

Pekerja memanggul karung Beras milik Badan Urusan Logistik (Bulog) di Gudang Bulog kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (7/6). Bulog memiliki stok beras sebanyak 2,1 juta ton. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelumnya, Perum Bulog menerima kunjungan kerja Komisi IV DPR RI  dalam masa reses di Subang, Jawa Barat. Kunjungan ini guna meninjau langsung kualitas beras untuk program bantuan sosial (bansos) 2020 dari Kementerian Sosial (Kemensos) di wilayah tersebut.

Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Perum Bulog Bachtiar menegaskan, pihaknya terus memaksimalkan penyaluran program Bansos Beras kepada Keluarga penerima manfaat dan berkomitmen. Itu untuk memastikan kualitas dan kuantitas beras di pintu gudang Bulog di seluruh wilayah Indonesia, untuk selanjutnya diserahkan kepada jasa pengangkut atau transporter yang ditunjuk oleh Kemensos.

Bachtiar pun menjelaskan, hingga 14 Oktober 2020, Bulog telah menyalurkan Beras Bansos sebesar 321.222 ton, atau sekitar 71 persen dari pagu 3 alokasi.

"Memperhatikan realisasi tersebut maka masih tersisa sebesar 128.778 ton untuk segera disalurkan, untuk itu perlu percepatan penyaluran Bansos Beras ini pada sisa hari di bulan Oktober ini," kata Bachtiar, Jumat (16/10/2020).

Pimpinan Komisi IV DPR RI, Dedi Mulyadi menjelaskan, bahwa kunjungan kerja kali ini difokuskan untuk meninjau langsung dan memastikan bahwa tidak ada penyelewengan dalam penyaluran bansos beras keluarga penerima manfaat di wilayah Jawa Barat.

Seperti yang diketahui, telah beredar berita tentang beras bansos yang tercampur biji plastik di wilayah Jabar yang sedang di usut oleh Kejaksaan Negeri setempat.

"Kita sudah cek langsung kondisinya di Gudang Bulog tidak ada beras plastik. Dan tadi sudah dijelaskan oleh Direksi Bulog bahwa isu beras plastik dipastikan dilakukan oleh oknum yang terganggu karena penyaluran bansos ini menggunakanan beras Bulog, bukan beras mereka. Serta kita mendorong Kejaksaan segera mengungkap oknum tersebut," ujar Dedi.


Tim Monitoring

Pekerja berstirahat di tumpukan karung beras Bulog di Kelapa Gading, Jakarta, Kamis (27/2/2020). Jelang Ramadan dan Idul Fitri 2020 Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik atau Perum Bulog siap mengamankan pasokan beras di seluruh wilayah Indonesia mencapai 1,7 juta ton. (merdeka.com/Imam Buhori)

Di samping itu, tim monitoring dan evaluasi Bulog terus berkerjasama dengan Kejaksaan Negeri setempat untuk mengusut laporan masyarakat terkait penemuan biji plastik dalam beras bansos. Bulog secara tegas meyakinkan bahwa beras yang tercampur dengan biji plastik bukan berasal dari gudangnya.

"Perum Bulog harus didorong untuk terus bisa menyediakan stok beras berkualitas untuk program-program pemerintah, sehingga stok Bulog ini bisa berputar dan bisa terus menyerap beras hasil panen petani," imbuh Dedi. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya