Liputan6.com, Pekanbaru - Satuan Reserse Kriminal Polres Kampar masih mengusut penyerangan dan penjarahan rumah karyawan PT Langgam Harmoni pada 15 Oktober lalu. Lima orang karyawan sudah diperiksa untuk mengetahui siapa dalang peristiwa tersebut.
Kasat Reskrim Polres Kampar Ajun Komisaris Berry Juana Putra SIK menyebut masih ada beberapa saksi lagi yang akan diperiksa. Selanjutnya, akan dilakukan gelar perkara apakah kasus ini sudah bisa naik ke penyidikan.
Baca Juga
Advertisement
"Dari gelar perkara nanti akan dapat kesimpulan," kata Berry, Senin petang, 2 November 2020.
Berry menjelaskan, beberapa saksi yang diperiksa berasal dari karyawan yang melihat dan mengalami penyerangan. Meski demikian, Berry belum mengetahui siapa dalangnya.
"Makanya nunggu gelar, kalau saya yang menyimpulkan nanti salah," kata Berry.
Sementara itu, Yusri Erwin selaku Kepala Desa Pangkalan Baru, Kecamatan Siak Hulu, meminta kepolisian mengusut tuntas dalang keributan di daerahnya. Dia berharap kasus ini sampai ke pengadilan agar pelaku mendapatkan hukuman dan korban penyerangan mendapat keadilan.
"Karyawan yang diserang itu warga saya, ada KTP dan kartu keluarganya di sini, bukan orang luar," kata Yusri sekaligus membantah isu korban penyerangan dan perusakan itu merupakan warga luar.
Sebelum kejadian pada 15 Oktober 2020, cerita Heri, dirinya melihat puluhan orang tak dikenal berkumpul di persimpangan jalan desa. Yusri lalu bertanya ada kepentingan apa dan orang yang berkerumun tadi menjawab menunggu teman.
Simak Video Pilihan Berikut Ini
Kades Minta Hentikan Manuver
Tak lama setelah itu, Yusri mendapat kabar rumah karyawan perusahaan di sana diserang dan dijarah. Yusri segera ke lokasi setelah mendapat informasi dan di sana dirinya melihat pimpinan kebun perusahaan diapit beberapa orang tak dikenal yang sebelumnya berkumpul di jalan tadi.
Pada malam itu, Yusri juga melihat puluhan karyawan dan keluarga dipaksa meninggalkan rumah. Dalam hitungan menit, puluhan rumah langsung kosong karena penghuninya diancam pakai senjata tajam dan benda tumpul.
"Saya berusaha melerai tapi tidak bisa, malah mendapat kalimat kasar," sebut Yusri.
Sebagai kepala desa, Yusri mengaku tidak pernah melihat puluhan penyerang tadi. Dia menduga orang tak dikenal tadi mendapat bayaran karena nekat membawa senjata tajam.
"Di lokasi saya mendapat kabar mereka di suruh oleh pria inisial HST, mereka membawa senapan juga," ucap Yusri.
Usai kejadian ini, Yusri kaget karena ada sejumlah pihak memanfaatkan peristiwa penyerangan ini dengan isu sengketa lahan. Yusri memastikan ini tidak benar dan orang yang mengambil kesempatan tidak punya hati nurani.
"Mereka tidak melihat bagaimana waktu itu anak-anak dan ibu-ibu sangat ketakutan dan trauma, saat hujan mereka dipaksa meninggalkan rumah. Saya bawa mereka ke balai desa, kemudian rumah mereka dirusak dan dijarah," terang Yusri.
Tidak hanya daerahnya, lanjut Yusri, desa tetangga seperti Buluh Cina dan Desa Baru juga terimbas. Warga desa lain takut apa yang terjadi di daerah Yusri juga merembet ke tempat tinggal mereka.
"Cukuplah bermanuver, membuat pernyataan tidak sesuai fakta di luar karena gaduh desa kami jadinya," Yusri menandaskan.
Advertisement