Update 3 November: 46,8 Juta Orang di Dunia Positif COVID-19, Kasus RI Masih Tertinggi Se-Asia Tenggara

Berikut ini ipdate COVID-19 di dunia per 3 November 2020. Termasuk posisi Indonesia di mata global.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Nov 2020, 10:42 WIB
Matahari bersinar di atas bendera putih yang ditanam untuk mengenang warga Amerika yang meninggal karena COVID-19 di dekat Stadion RFK di Washington, Selasa (27/10/2020). Instalasi seni Suzanne Brennan Firstenberg itu disebut "In America, How Could This Happen.” (AP/Patrick Semansky)

Liputan6.com, Washington, D.C. - Kasus COVID-19 di seluruh dunia mencapai 46,8 juta. Total ada 1,2 juta pasien terinfeksi yang meninggal dunia.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Selasa (13/11/2020), kasus tertinggi berasal di Amerika Serikat (9,2 juta), India (8,2 juta), Brasil (5,5 juta), Rusia (1,6 juta), Prancis (1,4 juta).

Tiga dari negara tersebut mencatat jumlah kematian tertinggi akibat COVID-19, yakni AS (231 ribu), Brasil (160 ribu), dan India (122 ribu).

Kasus positif dan kematian AS tetap yang tertinggi di dunia. Saat ini negara adidaya itu sedang melaksanakan pilpres 2020.

Presiden AS Donald Trump berdalih kasus COVID-19 di negaranya tinggi akibat tes juga tinggi. Berdasarkan data The Covid Tracking Project, tes di AS sudah nyari 150 juta.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Situasi di Asia Timur dan Tenggara

Pengunjung yang mengenakan masker wajah untuk melindungi dari penyebaran virus corona berjalan-jalan di distrik Asakusa di Tokyo, Jepang, Rabu (14/10/2020). Tokyo mengonfirmasi lebih dari 170 kasus virus corona baru pada hari Rabu. (AP Photo/Koji Sasahara)

Kasus COVID-19 di India merupakan yang tertinggi di Asia Pasifik. Di Asia Tenggara, kasus tertinggi berada di Indonesia (415 ribu).

Kasus tertinggi berikutnya di Asia Tenggara berada di Filipina (385 ribu).

China masih belum menunjukan tambahan kasus yang signifikan. Kasus di negara itu masih di kisaran 91 ribu.

Jepang mencatat 102 ribu kasus, sementara Korea Selatan memiliki 26 ribu kasus. Situasi di Korsel masih lebih baik dibandingkan di Malaysia dan Australia.


Perkembangan Vaksin COVID-19 dan Efek Sampingnya

Pekerja berada di laboratorium vaksin SinoVac di Beijing, Kamis (24/9/2020). Perusahaan farmasi China, Sinovac mengatakan vaksin virus corona yang dikembangkannya akan siap didistribusikan ke seluruh dunia, termasuk AS, pada awal 2021. (AP Photo/Ng Han Guan)

Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Rezeki Hadinegoro menjelaskan efek samping vaksin COVID-19 bukan berasal dari virus yang dimatikan. Melainkan dari zat yang ditambahkan ke dalam vaksin tersebut bernama adjuvant.

Kandidat vaksin COVID-19 yang nantinya digunakan seperti dari Sinovac menggunakan teknik killed inactivated vaccine. Artinya, vaksin tersebut dikembangkan dari virus yang dilemahkan atau dimatikan.

"Untuk virus yang dimatikan, supaya respons vaksinnya bagus ditambahkan zat yang memperkuat respons terhadap antigen yakni adjuvan," kata Sri dalam Sosialisasi Vaksin Untuk Negeri pada Sabtu, 31 Oktober 2020.

"Efek samping (usai divaksin) dari adjuvan-nya," kata Sri.

Efek samping dari vaksin yang berasal dari virus yang dimatikan bersifat lokal dan tidak berat. Efek samping yang dimaksud Sri seperti bengkak dan nyeri, lalu bisa juga ada sedikit demam dan lemas.

Lebih lanjut, hingga kini Sri belum mendapat informasi efek samping yang parah dari vaksin Sinovac yang tengah melakukan uji klinis fase III di Bandung, Jawa Barat.

"Alhamdulillah, uji klinis di Bandung valid dan aman untuk sampai saat ini," tutur wanita yang juga dokter spesialis anak konsultan ini.


Infografis COVID-19:

Infografis Olahraga Benteng Kedua Cegah Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya