Liputan6.com, Manila - Presiden Filipina Rodrigo Duterte memperingatkan topan yang berpotensi merusak akan mendekati negara itu, ketika jumlah korban tewas akibat topan terkuat di dunia yakni Topan Goni tahun ini naik menjadi 20.
Topan Goni, yang menghantam provinsi di selatan ibu kota Manila pada hari Minggu dengan hembusan hingga 310 kmh, adalah yang ke-18 melanda Filipina pada tahun ini dan salah satu topan terkuat sejak Haiyan menewaskan lebih dari 6.300 orang pada 2013. Demikian seperti melansir laman Channel News Asia, Selasa (3/11/2020).
Advertisement
Badan penanggulangan bencana negara itu mengatakan bahwa 20 orang tewas di provinsi Albay dan Catanduane, naik dari 16 orang yang dilaporkan sebelumnya. Para pejabat mengatakan evakuasi paksa terhadap lebih dari 345.000 orang telah mencegah lebih banyak kematian.
Saat ini, bencana badai lain, Atsani, dengan hembusan hingga 80kmh, menguat di Samudra Pasifik dan diperkirakan akan mendarat akhir pekan ini.
"Ini tidak sekuat (Goni) tetapi akan menyebabkan kerusakan di jalurnya, di jalan dan jembatan," kata Duterte dalam pertemuan Kabinet yang disiarkan televisi.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Dua Topan Susulan
Badan cuaca negara memperkirakan dua hingga tiga topan lagi akan memasuki Filipina pada November dan satu hingga dua lainnya pada Desember.
Filipina yang merupakan negara kepulauan dengan lebih dari 7.600 pulau, mengalami sekitar 20 badai tropis setiap tahun.
Penduduk di provinsi selatan Manila telah mulai membersihkan rumah dari lumpur dan puing-puing, sementara orang-orang di komunitas yang masih tergenang air dipisahkan di tenda-tenda di dalam pusat-pusat evakuasi untuk menghindari penyebaran virus corona.
Topan Goni telah merusak sebagian lebih dari 55.000 rumah dan meratakan 20.000 lainnya, kata kepala manajemen bencana Ricardo Jalad dalam pertemuan itu.
Lebih dari 13.000 rumah, beberapa dilanda gelombang badai setinggi 5 meter, rusak di provinsi pulau Catanduanes ketika Goni melanda, kata gubernur provinsi Joseph Cua pada konferensi pers.
"Meskipun tidak ada lagi topan, kami tidak memiliki transportasi udara dan laut," kata Cua.
Advertisement