Liputan6.com, Jakarta Menurunnya jumlah kasus COVID-19 di Indonesia dalam beberapa hari terakhir jadi sorotan. Beberapa pihak menyebut menurunnya pemeriksaan spesimen selama masa libur panjang juga terkait dengan hal ini.
Alexander Kaliaga Ginting, Kepala Bidang Penanganan Kesehatan, Satgas Penanganan COVID-19 yang juga Staf Khusus Menkes Bidang Pembangunan dan Pembiayaan Kesehatan mengatakan, pemeriksaan spesimen tetap dilakukan secara masif.
Advertisement
"Yang mungkin terjadi adalah pending-nya (tertundanya) sejumlah sampel, apakah itu dari rumah sakit, apakah itu dari wilayah ke laboratorium," kata Alexander pada konferensi pers terkait peluncuran Program Penguatan Tracing di 51 Kabupaten/Kota secara virtual Selasa (3/11/2020)
"Oleh karena itu, pemeriksaan di minggu terakhir Oktober belum bisa menjustifikasi apakah libur panjang itu banyak berpengaruh," ujarnya.
Ia menambahkan, adanya penurunan atau lonjakan signifikan kasus COVID-19 kemungkinan baru bisa dilihat setelah tanggal 1 hingga 7 November.
Terkait pelaporan, Alexander mengatakan ada beberapa spesimen yang mungkin tertunda pelaporannya karena masalah waktu.
"Kita memang masih menduga bahwa ada beberapa spesimen yang mungkin tertunda diperiksanya oleh karena cut-off laporan kita itu jam 12."
"Sehingga akibat liburan panjang ini, tampaknya seperti ada tertunda di dalam pelaporannya, jadi bukan di dalam arti sampel tidak diambil atau sampel tidak dikirim, tetapi pelaporannya yang tertunda.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Tidak Ada Pelonggaran di Masa Libur Panjang
Alexander menegaskan, selama masa libur panjang tidak ada pelonggaran bagi penanganan COVID-19.
"Petugas kesehatan dan petugas tracing, demikian juga klinik dan laboratorium, meskipun menghadapi libur panjang, tentu sudah melakukan banyak persiapan, persiapan teknis, tidak ada pelonggaran di dalam menghadapi liburan panjang, tetap kegiatan bisa dilakukan."
Namun, ia mengakui bahwa sistem pelaporan juga diduga terkait dengan menurunnya jumlah pemeriksaan.
"Karena tidak semua yang melaporkan ada di kotamadya, tidak semuanya di ibu kota provinsi, ada yang di kabupaten/kota yang jauh dari pusat keramaian atau jauh dari jaringan internet yang lebih baik atau tidak memadai."
Dugaan lain adalah, jumlah pemeriksaan di laboratorium secara administrasi belum direkapitulasi atau sudah direkapitulasi namun tertunda.
"Di sini memang menjadi masalah karena di laboratorium itu kan ada juru pemeriksa analis, ada lagi yang melakukan recording, ada yang melakukan reporting, jadi memang ini harusnya terintegrasi. SDM ini memang harus terus kita lakukan pembinaan agar data ini tidak terputus, ini sudah jadi catatan kita."
Advertisement