Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pertanian (Kementan) melepas ekspor perdana bahan baku asal hewan sediaan premiks dalam hal ini Feed Suplement yang berupa Tryptophan Granule (asam amino pakan hewan) produksi PT. Cheil Jedang Indonesia. Total ekspor yaitu sebanyak 327 ton dengan nilai USD1,5 juta atau sekitar Rp22,5 miliar.
Ekspor kali ini menyasar pasar Eropa dan Asia, yaitu ke Jerman, Inggris, Vietnam, India Prancis, Polandia dan Belanda. Hal ini membuktikan bahwa produk asam amino yang diproduksi di Indonesia sudah bisa diterima dan sesuai dengan standar internasional.
Advertisement
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) memberikan apresiasinya kepada PT Cheil Jedang Indonesia. Mentan SYL menilai PT Cheil Jedang Indonesia sudah terus berupaya memproduksi produk yang berstandar dunia di tengah kondisi serba sulit masa pandemi covid-19 ini.
"Dan kami juga mengucapkan selamat atas terealisasinya ekspor pada hari ini, berarti semua yang telah diupayakan selama ini oleh pihak perusahaan telah membuahkan hasil yang baik," ujar Menteri SYL dalam sambutan acara pelepasan ekspor, Selasa (3/11).
Mentan SYL menjelaskan, kebutuhan asam amino dalam negeri rata-rata pertahun sebanyak 53.226 ton dengan kapasitas produksi dalam negeri kita sebesar 381.500 ton. Maka, ada potensi ekspor asam amino sebesar 328.274 ton dan sampai dengan bulan September 2020 sudah terealisasi ekspor sebanyak 119.496 ton.
Ia juga mengatakan ekspor dan investasi yang terus ditingkatkan ini sejalan dengan pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut ekspor dan investasi adalah kunci penting untuk kemajuan ekonomi Indonesia. Dengan ekonomi yang tumbuh, diharapkan dapat menekan ketimpangan, kesenjangan dan kemiskinan.
"Oleh karena itu saya sangat menghargai, sangat mengapresiasi lompatan kemajuan dari PT. Cheil Jedang Indonesia yang pertama kalinya melaksanakan ekspor bahan asal hewan berupa asam amino. Saya berharap PT. Cheil Jedang Indonesia terus meningkatkan kinerja ekspornya di pasar internasional," paparnya.
Ia menambahkan, peningkatan ekspor ini juga sejalan dengan salah satu target Kementan yang menargetkan peningkatan ekspor berbagai komoditas pertanian, melalui Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor Pertanian (GRATIEKS), yang mengusung tema "Maju, Mandiri dan Modern".
Dengan GRATIEKS diharapkan dapat membuka peluang ekspor lebih besar bagi para pelaku usaha peternakan dan kesehatan hewan. Baik skala besar, menengah, bahkan mikro dan para peternak yang siap ekspor untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Untuk itu, Mentan SYL mengajak semua pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah dan para pelaku usaha bersama-sama meningkatkan ekspor, dengan mencari negara tujuan baru, dan mengidentifikasi permintaan produk yang dibutuhkan oleh negara lain.
Namun, ia mengingatkan, kualitas, kuantitas dan kontinyunitas harus dipenuhi dalam mengisi peluang ekspor. Menteri SYL menilai perlu adanya jaminan kualitas yang dapat bersaing, kemampuan memenuhi kuantitas yang dibutuhkan negara importir, dan kontinyuitas pasokan.
"Disamping itu, yang tidak kalah penting yaitu efisiensi usaha agar produk kita semakin kompetitif," imbuhnya.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementan, Nasrullah memaparkan, komoditas peternakan Indonesia hingga saat ini memang telah mampu menembus pasar internasional. Terbukti dari beberapa ekspor daging ayam olahan, sarang burung walet, pakan ternak, obat hewan, susu olahan, ternak babi, kambing dan domba hidup sampai ke larva kering.
"Total negara tujuan ekspor produk peternakan dan kesehatan hewan sampai saat ini telah ke 97 negara," ungkap Nasrullah.
Ternak hidup yang telah diekspor di antaranya ke negara Singapura, Pakistan, Malaysia, Uni Emirat Arab dan Timor Leste seperti sapi, kambing, domba, ayam, kelinci dan babi. Sedangkan, negara tujuan ekspor produk pangan segar dan olahan asal ternak di antaranya adalah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, Jepang, Hongkong, Vietnam, dan Timor Leste.
Adapun negara tujuan ekspor produk non pangan asal ternak seperti Tiongkok, Jepang, Timor Leste, Singapura, Inggris, dan Amerika. Sementara bibit dan benih ternak telah kita ekspor ke Malaysia, Myanmar, Kamboja, Timor Leste, Kyrgyzstan, Afganistan, dan Madagaskar.
"Khusus untuk obat hewan, ekspor Indonesia dilakukan ke banyak negara baik di benua Asia Pasifik, Afrika, Eropa dan Amerika," jelasnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor komoditas peternakan pada tahun 2020 periode bulan Januari sampai September (angka sementara) sudah tercatat mencapai 235.728 ton dengan nilai USD 632.085.614 atau setara Rp 9,48 triliun.
Catatan ini meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019 (year on year) yang hanya mencapai 199.135 ton dengan nilai setara Rp7,05 triliun. Peningkatan volume ekspor sebesar 18,38% dan nilai ekspor meningkat sebesar 34,32%.
"Nah, lewat program GRATIEKS kami menargetkan pertumbuhan volume ekspor peternakan pada tahun 2024 naik 300 persen menjadi 884.212 ton ke 100 negara tujuan," ucap Nasrullah.
Nasrullah menambahkan, dengan terbukanya akses pasar ini internasional ini, diharapkan PT. Cheil Jedang Indonesia dapat terus meningkatkan kuantitas maupun kualitas produk siap ekspor, sehingga produk peternakan Indonesia lebih mampu bersaing di perdagangan internasional.
Selain itu, diharapkan ekspor yang dilakukan oleh PT Cheil Jedang Indonesia juga dapat memotivasi bagi pelaku usaha lain untuk tetap berupaya melakukan percepatan ekspor komoditas peternakan lainnya dengan meningkatkan kualitas produk dan promosi ke negara lain.
"Sekali lagi saya ingin mengucapkan terima kasih kepada PT. Cheil Jedang Indonesia dan semua pihak terkait atas dukungannya terhadap upaya ekspor komoditas peternakan Indonesia," tutur dia.
PT Cheil Jedang Indonesia ini yang merupakan satu-satunya produsen asam amino di Indonesia baik untuk pakan (feed grade) maupun pangan (food grade) memang terus berupaya melakukan inovasi. Kali ini, produknya yang diekspor merupakan asam amino yang lebih ramah lingkungan dan memiliki harga yang kompetitif.
Presiden PT Cheil Jedang Indonesia (CJI), Yoon Tae Sang menyampaikan bahwa dengan adanya Tryptophan Granule, CJI telah menjawab permintaan pasar global khususnya produk asam amino untuk pakan ternak dan hewan yang lebih ramah lingkungan.
Ia menyebut, pada tahun 2021 nanti CJI menargetkan bisa lebih melebarkan sayap di negara Eropa dan Asia lainnya dengan target penjualan 36.000 MT atau setara USD 183 juta.
"Pada peluncuran kali ini kami sangat berterima kasih kepada Menteri SYL telah hadir dan sekaligus sebuah kehormatan bagi kami karena secara tak langsung kami mendapatkan dukungan dari pemerintah Indonesia (Kementan). Kami harap dukungan ini terus dilakukan kedepannya," jelasnya.
(*)