Beli Sukuk Tabungan Syariah, Masyarakat Ikut Bantu Bangun Negeri

Pemerintah telah membuka masa penawaran untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) melalui penerbitan Green Sukuk Ritel - Sukuk Tabungan (ST) seri ST007.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 04 Nov 2020, 14:00 WIB
Ilustrasi sukuk.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah telah membuka masa penawaran untuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) melalui penerbitan Green Sukuk Ritel - Sukuk Tabungan (ST) seri ST007.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, sukuk tabungan syariah ini diterbitkan agar negara bisa bisa membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Dana tersebut nantinya akan dimanfaatkan untuk melanjutkan pembangunan dan menangani dampak pandemi Covid-19 yang diperkirakan terus berlanjut hingga 2021.

"Dengan kata lain, salah satu feature dari sukuk tabungan yang mungkin tidak dimiliki oleh instrumen lain adalah investor ikut berpartisipasi langsung untuk membangun negeri," kata Luky, Rabu (4/11/2020).

"Makanya kita selalu bilang, inilah bentuk sumbangan dari para investor. Jadi mereka berinvestasi, tapi mereka juga berpartisipasi ikut membangun negeri," seru dia.

Luky menceritakan, pemerintah selama masa pandemi ini telah mengeluarkan banyak uang negara untuk stimulus kegiatan ekonomi. Sementara di sisi penerimaan, pendapatannya justru mengecil lantaran pemerintah memberikan berbagai insentif, termasuk di sektor perpajakan kepada dunia usaha.

"Tentu saja ini akan berdampak kepada pengurangan kemampuan kita mengumpulkan penerimaan (negara), di sektor perpajakan khususnya. Di sisi belanja justru pemerintah harus hadir. Di sini membutuhkan juga anggaran yang tidak sedikit," tuturnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Gerakkan Ekonomi

Sejumlah orang berjalan di trotoar pada saat jam pulang kantor di Kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (8/6/2020). Aktivitas perkantoran dimulai kembali pada pekan kedua penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menurut dia, pemerintah saat ini memiliki tanggung jawab besar untuk bisa kembali menggerakan ekonomi di masa sulit. Hal itu hanya bisa dilakukan lewat instrumen belanja pemerintah.

Hasilnya, sekarang hanya konsumsi pemerintah yang mengalami pertumbuhan positif. Sedangkan untuk konsumsi rumah tangga hingga sektor ekspor-impor semuanya mengalami pertumbuhan negatif.

Oleh karenanya, Luky berkesimpulan bahwa belanja pemerintah menjadi motor penggerak utama roda perekonomian nasional saat ini.

Dengan demikian, dengan peningkatan belanja sementara kita mengalami pukulan dari sisi penerimaan, terjadilah defisit. Untuk itulah ditutup dari pembiayaan atau financing. Salah satunya dengan menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN), atau disebut obligasi negara," ujar dia

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya