Pilpres AS Bawa Rupiah Ditutup Menguat ke 14.565 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah pada Rabu ini ditutup menguat ke 14.565 per dolar AS

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Nov 2020, 16:07 WIB
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah pada Rabu ini ditutup menguat ke 14.565 per dolar AS, dibandingkan penutupan hari sebelumnya di 14.585 per dolar AS.

Pada perdagangan besok rupiah kemungkinan akan dibuka fluktuatif dan menguat 10-70 poin. Namun ditutup menguat sebesar 5-45 point di level 14.515-14.570.

Direktur Eksekutif PT Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi menilai kondisi ini dipicu ketidakpastian hasil pemilu di Amerika Serikat. Sehingga menarik pelaku pasar kembali ke asset bereseiko.

"Dengan hasil Pemilihan presiden sangat seimbang, pasar saat ini terus memantau perkembangan hasil Pilpres yang untuk sementara di menangkan Joe Biden," kata Ibrahim kepada wartawan, Jakarta, Rabu (4/11/2020).

Joe Biden dari Partai Demokrat telah diprediksi secara luas akan memenangkan suara. Namun, persaingan lebih ketat dari yang diharapkan. Sebab, petahana Donal Trump saat ini unggul di negara bagian Florida yang harus dimenangkan Biden.

Ibrahim menjelaskan negara-negara bagian lain yang menjadi medan pertempuran terlalu dekat untuk dihubungi. Melihat margin kemenangan yang mungkin sempit untuk kedua belah pihak.

Sementara itu kepastian hasil yang jelas mungkin juga membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk diketahui. Sehingga berpotensi menyebabkan gangguan sosial yang parah.

"Pasar yang telah memperhitungkan kemenangan Biden juga telah melihat kemungkinan presiden Demokrat memberikan program stimulus COVID-19 yang besar, sehingga akan membantu memulihkan perekonomian paska Pandemi covid-19," tutur dia.

Disisi lain, Pasar bersiap untuk kemungkinan hasil pemilihan mungkin tidak menjadi jelas pada hari Rabu. Untuk itu pasar melakukan lindung nilai terhadap risiko pemilihan yang diperebutkan atau proses yang berpotensi diundur saat surat dalam surat suara dihitung.

Dari sisi dalam negeri, menguatnya rupiah juga dipengaruhi oleh Pilpres Amerika Serikat. Sebab Indonesia mempunyai hubungan yang erat sejak negeri Paman Sam itu dipimpin Barack Obama.

Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan kepentingan perdagangan Indonesia-Amerika Serikat tetap membaik. Kemenangan Biden juga akan menjadi penentu nasib hubungan dagang tersebut.

"Ada harapan ekspor Indonesia akan kembali membaik seiring arus perdagangan dunia yang kembali semarak dan kemungkinan perang dagang akan dihentikan baik dengan China maupun Uni Eropa," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Perdagangan Indonesia-AS

Karyawan bank menunjukkan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (2/11/2020). Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (2/11) sore ditutup melemah 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp14.690 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebagai informasi, tahun 2019, ekspor Indonesia tumbuh negatif 6,85 persen akibat perang dagang AS-China. Tahun ini pun Ibrahim menilai masih akan minus karena permintaan yang lesu akibat karantina wilayah di berbagai negara untuk meredam penyebaran virus corona.

Namun diawal tahun 2021 dengan kehadiran vaksin yang sudah di pasarkan dan didistribusikan ke semua negara. Bila Biden sudah menempati Gedung Putih, peruntungan Indonesia bisa berubah.

"Bukan tidak mungkin ekspor Indonesia akan melesat pada 2021," kata sia.Masih berlanjutnya penghitungan suara Pilpres di AS, Investor kembali mencari investasi yang menguntungkan salah satunya pasar finansial dalam negeri. Hal ini bisa di lihat dari pergerakan arus modal asing yang sebelumnya keluar dari pasar kembali parkir di pasar finansial dalam negeri.

Gonjang-ganjing Pilpres di AS membawa berkah tersendiri bagi mata uang garuda. Sehingga Pemerintah dan Bank Indonesia tidak serta merta sibuk melakukan intervensi di pasar valas dan Obligasi dalam perdagangan DNDF.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya