Liputan6.com, Jakarta - Pemikiran Presiden Pertama Republik Indonesia Sukarno, khususnya mengenai pendidikan nasional ternyata memiliki visi jauh dan dianggap melampaui zamannya. Hal itu tersebut disampaikan Rektor UNJ Komarudin, dalam seminar dengan tema Dari Rawamangun untuk Indonesia: Menapaki Jejak Pemikiran Sukarno tentang City of Intellect (Kota Mahasiswa).
Menurut dia, istilah kota mahasiswa, pada saat itu belum dikenal di era Sukarno. Istilah ini terlihat baru populer setelah Quacquarelli Symonds (QS) bersama Times Higher Education (THE) mempublikasikan hasil studi pemeringkatan kota-kota mahasiswa terbaik di dunia pada 2010.
Advertisement
"Uniknya ini baru muncul setelah 57 tahun peletakan Prasasti Sukarno di Kampus Rawamangun. Ini berarti pemikiran Sukarno 57 tahun lebih maju dibanding dengan perkembangan pemikiran masyarakat internasional," kata Komarudin, Rabu (4/11/2020).
Atas dasar ini, pihaknya ingin memperkuat pengenalan kepada publik mengenai jejak pemikiran Sukarno tentang Kota Mahasiswa, terutama relevansinya terhadap UNJ, di mana akan melakukan riset mengenai peringkat kota mahasiswa untuk kampus di seluruh Indonesia.
"Pemenang Kota Mahasiswa ini akan mendapat penghargaan dari Ibu Megawati, yang Insya Allah akan diberikan pada 10 November. Jadi akan 6 hari lagi. Akan dirangkai sekalian dengan dialog kebangsaan," jelas Komarudin.
Senada, Ketua Senat dan Guru Besar UNJ Hafid Abbas, mengamini bahwa Sukarno mempunyai visi yang jauh ke depan, yang juga mencetuskan sistem pengelolaan kampus multi, bahkan memperkenalkan pusat keunggulan pada sejumlah kasus. "Prasasti Kota Mahasiswa memberi simbol agar universitas berperan sebagai pusat koordinasi kegiatan tri-dharma perguruan tinggi di sejumlah universitas di seluruh Indonesia," jelas Abbas.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Majukan Kehidupan Bangsa
Sementara itu, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto yang turut hadir, menuturkan, apa yang dilakukan Bung Karno sebenarnya bermuara pada falsafah bangsa dan tujuan bernegara seperti dimuat Konstitusi. Yakni memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan menurut Bung Karno, kata Hasto, adalah cermin kehidupan sebuah bangsa. Dan melalui pendidikan lewat sekolah, merupakan salah satu lokus untuk memulai revolusi mental.
"Kata Bung Karno, bagi saya, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan untuk mengabdi kepada praktek hidup manusia, atau prakteknya bangsa, atau praktek hidupnya dunia kemanusiaan," tutur Hasto.
Hasto menyebut Bung Karno menegaskan supremasi sains dan teknologi, untuk amal dan kemanusiaan, diletakkan sebagai pilar kemajuan bagi perjuangan Indonesia untuk kemerdekaan seluruh umat manusia dari berbagai belenggu penjajahan.
"Karena itulah pencanangan Rawamangun sebagai city of intellect pada tahun 1953, oleh UNJ digelorakan kembali spiritnya. Bahwa kampus adalah pusat mencerdaskan kehidupan bangsa, pusat peradaban Indonesia, dimana nalar dan budi dikedepankan sebagai elemen penting nation and character building. Supremasi sains dan teknologi untuk Indonesia yang berdaulat, berdikari dan berkebudayaan," jelas Hasto.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Rokhmin Dahuri mengatakan, banyak yang tak menyadari bahwa Presiden Sukarno yang pertama kali meletakkan dasar perencanaan pembangunan.
"Bahwa Bung Karno ternyata itu meletakkan dasar-dasar perencanaan pembangunan," ungkap Rokhmin.
Sebagai bukti kecerdasan dan visionernya Sukarno, di mana telah menggagas Pembangunan Nasional Semesta Berencana (PNSB), sekitar 1950-an akhir. Konsep ini punya arah dan tujuan yang jelas yang bercita-cita mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Menurut Rokhmin, ini masih sangat relevan diterapkan sampai sekarang.
"Beliau sudah menggagas yang namanya Pembangunan Nasional Semesta Berencana. Dan kalau saya bedah, ini sangat related sampai sekarang," jelas Rokhmin.
Advertisement