Ahli Sebut Autoantibodi sebagai Penyebab Pembekuan Darah Pasien COVID-19

Sebuah studi baru menunjukkan dokter telah menemukan penyebab pembekuan darah yang serius pada hampir setengah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.

oleh Fitri Syarifah diperbarui 05 Nov 2020, 17:00 WIB
Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)

Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi baru menunjukkan dokter telah menemukan penyebab pembekuan darah yang serius pada hampir setengah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.

Para peneliti di Michigan Medicine mempelajari sampel darah dari 172 pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit untuk mencari delapan jenis antibodi autoimun penyebab gumpalan darah. Menurut Johns Hopkins Medicine, penyakit autoimun mengacu pada saat sistem kekebalan menyerang sel sehat secara tidak sengaja. Temuan tersebut dipublikasikan Senin di Science Translational Medicine.

Menurut Dr. Yogen Kanthi, rekan penulis dan asisten profesor di Michigan Medicine Frankel Cardiovascular Center dan peneliti Lasker di National Institutes of Health's National Heart, Lung, and Blood Institute, para peneliti terus mengobservasi siklus peradangan dan pembekuan darah yang terus menerus tanpa henti di dalam tubuh pasien COVID-19.

"Saat ini kami mempelajari bahwa autoantibodi bisa menjadi penyebab lingkaran pembekuan dan pembengkakan yang membuat orang yang sudah sakit menjadi lebih sakit," katanya dalam rilis pers, dilansir dari FoxNews.

Dalam rilis berita tersebut dikatakan kalau autoantibodi ini beredar melalui darah, menyerang sel dan menyebabkan pembekuan di pembuluh darah, arteri dan pembuluh mikroskopis. Penggumpalan darah dapat menyebabkan stroke, sebagaimana laporan sebelumnya atas kemunculan pasien COVID-19 pada kelompok yang lebih muda. Mereka mengalami pembekuan darah kemudian mengalami stroke mendadak.

 

Simak Juga Video Berikut Ini:


Pasien Covid-19 yang dirawat memiliki salah satu autoantibodi

Tim medis saat menangani pasien dalam pengawasan (PDP) virus corona atau COVID-19 di ruang isolasi Gedung Pinere, RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Rabu (4/3/2020). RSUP Persahabatan menangani 31 pasien dalam pemantauan dan pengawasan dari potensi terpapar virus corona. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Padahal, menurut rilis pers, autoantibodi biasanya ditemukan pada pasien yang memiliki sindrom antifosfolipid (gangguan autoimun yang membuat darah mudah membeku dan menggumpal).

Dr. Jason Knight, koresponden penulis dan ahli reumatologi di Michigan Medicine mengatakan, "setengah dari pasien positif COVID-19 yang dirawat di rumah sakit setidaknya memiliki salah satu autoantibodi, yang cukup mengejutkan."

Studi tersebut juga menyebutkan, dari 172 pasien, 19% meninggal dunia dan 8% masih dirawat di rumah sakit selama analisis. Selain autoantibodi penyebab darah menggumpal, para peneliti menemukan bahwa banyak pasien dalam penelitian ini memiliki neutrophil extracellular traps (NETs) dalam darah mereka, atau sel darah putih yang merusak dan meledak," yang berkontribusi terhadap peradangan, menurut rilis pers.

“Temuan ini menunjukkan bahwa setengah dari pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 memiliki autoantibodi yang berpotensi patogen (atau menyebabkan penyakit),” penulis penelitian menyimpulkan.


Infografis 3M Turunkan Risiko Covid-19 Berapa Persen?

Infografis 3M Turunkan Risiko Covid-19 Berapa Persen? (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya