Pangkalan Militer Diserang, Ethiopia Nyatakan Kondisi Darurat 6 Bulan

Pemerintah Ethiopia kemudian mengirim tentara ke kawasan Tigray dan menyatakan kondisi darurat selama enam bulan ke depan.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2020, 10:17 WIB
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed Ali. (Twitter/The Nobel Prize)

Liputan6.com, Addis Ababa - Perdana Menteri Abiy Ahmed menuding pemerintah Tigray menyerang sebuah pangkalan militer federalnya. Pemerintah Ethiopia kemudian mengirim tentara ke kawasan Tigray dan menyatakan kondisi darurat selama enam bulan ke depan. 

Abiy Ahmed mengatakan operasi militer dimulai di bagian utara Tigray Rabu pagi 4 November 2020, setelah ia menyampaikan tuduhan bahwa Front Pembebasan Rakyat Tigray TPLF merekayasa serangan terhadap sebuah pangkalan militer strategis.

Namun pejabat-pejabat pemerintah Ethiopia masih tutup mulut tentang jumlah atau tujuan operasi ini, dan apakah sudah ada pejabat-pejabat TPLF yang ditangkap atau jumlah korban.

Laporan VOA Indonesia yang dikutip Kamis (5/11/2020) menyebutkan, hingga Rabu siang jaringan internet dan telpon di Tigray masih terputus.

Saksikan Juga Video Ini:


Sejarah Hubungan Terganggu

Warga melintas di depan replika raksasa bendera Ethiopia (AFP/Jose Cendon)

Hubungan Tigray dan pemerintahan Abiy Ahmed terganggu sejak ia berkuasa tahun 2018 dan memojokkan TPLF, yang sebelumnya telah memimpin pemerintahan koalisi selama hampir 30 tahun.

Bulan lalu pemerintah federal juga memerintahkan Kementerian Keuangan untuk menyudahi dukungan anggaran langsung pada kawasan Tigray setelah melangsungkan pemilu kawasan yang ilegal.

Menteri Urusan Luar Negeri Ethiopia Redwan Hussein mengatakan kepada wartawan di Addis Ababa bahwa satuan-satuan militer melaporkan adanya “serangan yang tidak diprovokasi” oleh milisi yang ingin menjarah artileri berat mereka.

Dalam sebuah pernyataan Abiy Ahmed menudup TPLF berupaya memprovokasi perang dan bertekad akan segera menanggapi hal itu.

Peristiwa hari Rabu ini terjadi hanya beberapa hari setelah pasukan pemerintah meninggalkan sebuah pos komando di bagian barat Oromia, kawasan dengan jumlah penduduk terpadat di Ethiopia. Langkah ini membuat sejumlah penyerang menewaskan sedikitnya 54 warga etnis Amharas di sebuah desa di kawasan itu. Pemerintah menuduh milisi anti-pemerintah Tentara Pembebasan Oromo dan TPLF yang melakukan serangan itu. TPLF menyangkal terlibat.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya