Liputan6.com, Washington - Melonjaknya kasus harian COVID-19 dan rawat inap di Amerika Serikat (AS) adalah cerminan dari tantangan yang akan dihadapi Presiden Donald Trump maupun mantan Wakil Presiden Joe Biden dalam beberapa bulan mendatang terkait pandemi.
Terlebih musim dingin dan liburan yang semakin dekat, memunculkan kekhawatiran yang harus cepat teratasi.
Masa jabatan Donald Trump belum berakhir hingga 20 Januari tahun depan. Sehingga, Trump masih memiliki 'pekerjaan rumah' yang mesti dibereskan.
Direktur Eksekutif Institute for Global Health di Northwestern University, Fakultas Kedokteran Feinberg, Dr Robert Murphy mengatakan bahwa dalam 86 hari ke depan, 100.000 lebih orang di AS kemungkinan akan meninggal karena Virus Corona baru jika negara tersebut tidak mengubah arah.
Menurut data yang dikumpulkan Universitas Johns Hopkins, kasus COVID-19 yang dikonfirmasi setiap hari di AS melonjak 45 persen selama dua minggu terakhir, yaitu rata-rata dalam tujuh hari sebanyak 86.352 kasus.
Baca Juga
Advertisement
Kematian juga meningkat, naik 15 persen menjadi rata-rata 846 kematian setiap hari. Total kasus meninggal akibat COVID-19 di AS sudah lebih dari 232.000, dan total kasus AS yang dikonfirmasi telah melampaui 9 juta. Itu adalah jumlah tertinggi di dunia, dan infeksi baru meningkat di hampir setiap negara bagian.
Oleh sebab itu, Presiden American Medical Association, Dr Susan Bailey, mengatakan, masyarakat harus mengubah perilakunya agar hal yang tak diinginkan dapat dihindari.
"Terlepas dari hasil pemilu, semua orang di Amerika perlu bekerja keras," kata Bailey.
"Banyak dari kita menjadi agak rileks untuk jaga jarak, tidak mencuci tangan sesering dulu, dan malas mengenakan masker. Kita semua perlu menyadari bahwa keadaan belum membaik, dan kita harus melakukannya lebih berhati-hati lagi dari sebelumnya," Bailey menekankan.
Simak Video Berikut Ini
Infografis Pemilu Amerika Serikat
Advertisement