Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan bahan baku dan vaksin Covid-19 akan tiba di Indonesia pada Desember 2020.
Saat ini pemerintah sedang menyiapkan berbagai instrumen agar Indonesia bisa segera memproduksi vaksin. Salah satunya dengan membuat payung hukum yang menjadi peta jalan pengadaan vaksin.
Advertisement
"Diharapkan dalam waktu tidak terlalu lama, di bulan Desember ada bahan baku vaksin dan vaksin yang masuk ke Indonesia," ujar dia di, Jakarta, Kamis (5/11/2020).
Payung hukum yang dimaksud yaitu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 99. Dalam hal ini, dia meminta Badan POM bisa membuat kesimpulan atau analisa hasil dari uji coba yang sedang berlangsung di Bandung.
"Tentunya diharapkan BPOM bisa meresume ataupun menganalisa hasil dari clinical trial yang dilakukan di Bandung," kata dia.
Dia menginginkan hasil uji vaksin Covid-19 bisa dilakukan lebih cepat. Setidaknya selesai dilakukan pada pekan pertama bulan Desember. Alasannya agar hasil uji vaksin tersebut bisa diteliti dan dilakukan perbandingan dengan negara lain.
"Diharapkan Minggu pertama bulan desember sudah ada interim result dan intergrasikan dengan result negara lain," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Ahli Virologi: Indonesia Sangat Mungkin Kembangkan Vaksin COVID-19 Sendiri
Ahli virologi dan molekuler biologi Universitas Udayana I Gusti Ngurah Mahardika mengatakan bahwa Indonesia sangat mungkin untuk mengembangkan sendiri vaksin COVID-19.
"Sangat mungkin, ahli atau expert-nya ada," kata Mahardika dalam dialog dengan dokter Reisa Broto Asmoro, yang disiarkan di saluran Youtube Sekretariat Presiden, dikutip Rabu (4/11/2020).
Meski dinilai mampu, Mahardika, yang juga terlibat dalam Tim Percepatan Pengembangan Vaksin Merah Putih, mengungkapkan ada beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia dalam pengembangan vaksin COVID-19.
"Masalah kita adalah kita telat memulai untuk COVID-19, yang kedua adalah sumber daya manusia dan infrastrukturnya itu tersebar di berbagai institusi, tidak ada di bawah satu institusi," ujarnya.
Mahardika menegaskan, Indonesia mampu mengembangkan vaksin COVID-19 secara mandiri asalkan disertai dengan "political will dari negara, pemerintah, atau kementerian, untuk mengembangkannya sendiri."
Selain itu, Mahardika juga menyebut bahwa kerja sama dengan negara lain bukan hal yang tabu dalam pengembangan sebuah vaksin. Ada banyak keuntungan dengan bekerja sama dengan ilmuwan dan negara lain.
"Kerja sama itu diperlukan untuk benar-benar kita mendapatkan high quality data, jadi data-data yang berkualitas, dan kita bukan katak dalam tempurung, kita terbuka dengan data kita, dan menerima input atau masukan dari orang lain."
Menurut Mahardika, dengan membuka kerja sama dalam pengembangan vaksin, Indonesia berarti juga berkontribusi bagi masyarakat di belahan dunia yang lain, serta mendapatkan masukan dari negara lain.
"Jadi kita mampu tanpa kerja sama, tetapi sebaiknya dengan kerja sama karena kita hanya akan maju pesat dengan kerja sama antar negara dan antar ilmuwan dunia."
Advertisement