Konsumsi Pemerintah jadi Penyelamat Ekonomi Indonesia di Kuartal III-2020

BPS mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 terkontraksi minus 3,49 persen.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2020, 14:31 WIB
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 terkontraksi minus 3,49 persen. Capaian tersebut lebih baik jika dibandingkan posisi pada kuartal II-2020 yang tercatat minus 5,32 persen

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, satu-satunya menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 tersebut dari sisi konsumsi pemerintah atau pengeluaran. Sementara beberapa komponen penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) lainnya masih mencatat negatif.

"Satu-satunya komponen yang tumbuh positif dan sangat tinggi adalah konsumsi pemerintah yaitu 9,76 persen," kata dia di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Kamis (5/11/2020).

Berdasarkan data BPS, kuartal III -2020, konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 9,76 persen. Sementara konsumsi rumah tangga minus 4,04 persen, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi minus 6,48 persen, Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) minus 2,12 persen, ekspor minus 10,28 persen, dan impor minus 21,86 persen.

"Jadi kalau di kuartal II yang lalu konsumsi pemerintah minus 6,9 persen sekarang posisinya berbalik dan tumbuh tinggi sekali," ungkapnya.

"Konsumsi rumah tangga masih kontraksi, tapi tidak sedalam kuartal II, di mana konsumsi rumah tangga minus 4,04 persen. Seluruh komponen kontraksinya tidak sedalam kuartal II dan ini menunjukan arah pemulihan ke arah yang positif," lanjut dia.

Dia menambahkan, struktur PDB dari sisi pengeluaran tidak banyak berubah karena 88,4 persen PDB berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Sementara konsumsi pemerintah menyumbang 9,69 persen. Apabila ketiga komponen ini terganggu maka pertumbuhan ekonomi juga mengalami tekanan.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Minus 2 Kuartal Berturut-Turut

Pemandangan deretan gedung dan permukiman di Jakarta, Rabu (1/10/2020). Meski membaik, namun pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 masih tetap minus. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 minus 3,49 persen. Dengan begitu, Indonesia resmi resesi setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif sdalam dua kuartal berturut-turut.

Catatan ini sesuai banyak perkiraan bahwa Indonesia akan jatuh ke lubang resesi pada kuartal ketiga. Bahkan, angka tersebut lebih tinggi dari ramalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang minus 3 persen.

"Ekonomi Indonesia pada triwulan ketiga secara tahunan (year on year/yoy) masih mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen," jelas Kepala BPS Kecuk Suhariyanto, Kamis (5/11/2020).

Namun demikian, Suhariyanto mengatakan, jika dibanding pencapaian di kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi nasional masih tumbuh lebih bagus di kuartal III ini.

"Sehingga secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-III 2020 itu masih mengalami kontraksi sebesar 2,03 persen," jelasnya.

Suhariyanto menambahkan, pertumbuhan ekonomi kuartal III yang minus 3,49 persen juga masih lebih baik dibanding triwulan kedua yang terkontraksi 5,32 persen.

"Artinya terjadi perbaikan dan tentunya kita berharap di kuartal IV situasi akan menjadi membaik. Apalagi dengan adanya pelonggaran PSBB," ujar dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya