Liputan6.com, Jakarta - Pemilihan umum Presiden Amerika Serikat (AS) tinggal menunggu proses penghitungan suara. baik petahana, Donald Trump ataupun penantang, Joe Biden sama-sama mengklaim kemenangan, dan siap jadi pemimpin ke-46 negara adidaya tersebut.
Berbicara mengenai sosok Joe Biden, ternyata politikus dari Partai Demokrat ini memiliki selera yang cukup bagus untuk otomotif.
Advertisement
Melansir Autoblog, Joe Biden sendiri merupakan anak dari pengusaha dealer mobil di Negeri Paman Sam. Jadi, tidak heran darah otomotif cukup kental mengalir di darah pria berusia 77 tahun ini.
Joe Biden sendiri sangat menggemari mobil klasik. Berbeda dengan lawan politiknya, Donald Trump yang sangat menggemari supercar mewah, dari jenama ternama seperti Ferrari, McLaren, Mercedes-Benz, dan lainnya.
Joe Biden setidaknya punya dua koleksi keren di garasi rumahnya, yaitu Chevrolet Corvette Stingray 1967. Mobil berkelir hijau ini, didapatkan dari sang ayah, saat pernikahan Joe Biden pada Agustus 1967.
Mobil ini, cukup sering muncul di media, dan salah satunya di acara otomotif milik Jay Leno pada 2016.
Harga mobil Joe Bidenini juga cukup mahal untuk saat ini, tapi saat pertama membelinya mobil ini hanya berbanderol US$5.600 atau setara dengan Rp81 jutaan. Tapi harga saat ini, mobil tersebut senilai US$78 ribu dolar atau setara dengan Rp1,1 miliaran.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pontiac Firebird
Sedangkan mobil kedua yang dimiliki Joe Biden, adalah Pontiac Firebird (Trans Am). Mobil ini sempat terkenal di film action comedy, Smokey and The bandit pada 1977.
Mobil ini juga memiliki sejarah yang cukup penting, karena pada 2009, mobil ini sempat viral, karena terlihat Joe Biden bertelanjang dada, bertato, dan tengah mencuci mobil tersebut di komplek Gedung Putih, saat ia menjadi Wakil Presiden Barack Obama.
Advertisement
Keuntungan Indonesia Bila Joe Biden Memenangkan Pemilu Amerika
Pemerintahan AS selama empat tahun terakhir menggelorakan proteksionisme dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Menurut pendukung Donald Trump, kepemimpinan presiden AS tersebut telah membawa keuntungan bagi rakyat Amerika, termasuk mengurangi ketergantungan terhadap impor negara lain.
Dikutip dari The Diplomat, Rabu (4/11/2020), wilayah Asia Tenggara atau yang disebut sebagai Indo-Pasifik akan mempengaruhi kebijakan domestik AS, hal tersebut juga ditambah dengan masuknya peran China pada wilayah ini.
Trump disebut melakukan sebuah "Inkoherensi" pada kebijakan luar negeri AS, yakni telah menjanjikan dukungan yang kuat kepada mitra Asia Tenggara untuk memperkuat tekad mereka dalam melawan kekuatan China yang berkembang. Hal ini hanya untuk membuat mereka gagal untuk berhadapan dengan urusan diplomatik yang lebih penting.
Tahun-tahun Trump dikatakan tidak baik bagi Departemen Luar Negeri AS dan karier Petugas Layanan Luar Negeri yang telah lama mewakili kepentingan dan nilai-nilai Amerika kepada dunia.
Harapan lain datang dari Joe Biden, ia diperkirakan dapat membangun kembali hubungan ekonomi dan diplomatik dengan wilayah Asia Tenggara, termasuk dengan Indonesia.
Rencana Kebijakan Multilateral Biden pada Asia Tenggara
Dalam program Inspirato Liputan6.com bertajuk "Kondisi AS Setelah Pilpres 2020", peneliti Hubungan Internasional CSIS, Andrew W Mantong mengatakan, Joe Biden dapat membawa keuntungan bagi wilayah Indo-Pasifik. Ia diduga akan memimpin AS sama seperti gaya kepemimpinan Presiden Obama, di mana kerja sama multilateral akan diwujudkan.
Hal yang mungkin dapat terwujud adalah lebih banyaknya investasi dalam diplomasi antara AS dan Indo-Pasifik termasuk Indonesia. Bila Biden menang, ia dinilai akan mulai memperbaiki banyak kekurangan yang terjadi selama beberapa tahun terakhir.
Sebagai anggota lama Komite Hubungan Luar Negeri Senat, Biden dinilai akan mempelopori kebangkitan Departemen Luar Negeri AS. Dalam hal kebijakan Asia-nya, Biden akan memimpin "penyeimbangan kembali", yang perumusan dan penerapannya akan memperhatikan kepentingan kawasan dengan lebih serius.
Penasihat senior Biden, Anthony Blinken mengatakan bahwa "Joe Biden akan muncul dan mengeluarkan ASEAN dalam masalah kritis". Lebih banyak diplomasi tidak selalu menjanjikan lebih banyak keefektifan, tetapi hal itu akan memunculkan kepastian bahwa kebijakan AS diformulasikan dengan lebih akurat dan tentu melibatkan negara-negara di Asia Tenggara.
Reporter: Ruben Irwandi
Advertisement