Liputan6.com, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Inodnesia kembali kontraksi pada kuartal III 2020. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut pertumbuhan ekonomi minus 3,49 persen. Pada kuartal Sebelumnya, ekonomi Indonesia juga minus 5,23 persen.
Peneliti Indef Bhima Yudhistira mengatakan, konsumsi rumah tangga pada kuartal III-2020 masih minus 4,04 persen. Kondisi ini bermakna masyarakat, khususnya kalangan menengah ke atas belum percaya terhadap penanganan pandemi yang dilakukan pemerintah.
Advertisement
"Masyarakat khususnya menengah ke atas belum percaya terhadap penanganan Covid-19 yang dilakukan oleh pemerintah," kata Bhima di Jakarta, Kamis, (5/11/2020).
Dia menilai, orang kaya di Indonesia atau kalangan menengah dan atas masih diliputi kekhawatiran untuk belanja di luar rumah masih cukup tinggi. Ini membuat kelas menengah dan atas mengalihkan uang ke simpanan perbankan atau aset aman. Hal ini tentu saja membuat ekonomi Indonesia tidak bergerak,
Situasi ini sulit mengalami perubahan jika masalah fundamental gerak masyarakat masih terbatas. Sebab, masalah pandemi belum juga diselesaikan.
Sisi lain, belanja pemerintah belum mampu mendorong pemulihan ekonomi. Meskipun ada kenaikan pertumbuhan sebesar 9,76 persen, namun kontribusi belanja pemerintah baru mencapai 9,69 persen pada kuartal ketiga ini.
"Kontribusi belanja pemerintah baru mencapai 9,69 persen pada kuartal ke III, hanya naik tipis dibanding kuartal ke II yakni 8,67 persen dari PDB," kata dia.
Selain itu, efektivitas belanja program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp 695 triliun masih rendah sehingga membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih rendah. Bhima menilai terdapat kesalahan konsep dalam penyaluran stimulus.
Dia mencontohkan program Kartu Prakerja yang tetap dilanjutkan. Padahal target sasaran tidak fokus dan training secara online belum dibutuhkan dalam situasi masyarakat membutuhkan bantuan langsung.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan video pilihan berikut ini:
Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Minus 2 Kuartal Berturut-Turut
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 minus 3,49 persen. Dengan begitu, Indonesia resmi resesi setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif sdalam dua kuartal berturut-turut.
Catatan ini sesuai banyak perkiraan bahwa Indonesia akan jatuh ke lubang resesi pada kuartal ketiga. Bahkan, angka tersebut lebih tinggi dari ramalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang minus 3 persen.
"Ekonomi Indonesia pada triwulan ketiga secara tahunan (year on year/yoy) masih mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen," jelas Kepala BPS Kecuk Suhariyanto, Kamis (5/11/2020).
Namun demikian, Suhariyanto mengatakan, jika dibanding pencapaian di kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi nasional masih tumbuh lebih bagus di kuartal III ini.
"Sehingga secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-III 2020 itu masih mengalami kontraksi sebesar 2,03 persen," jelasnya.
Suhariyanto menambahkan, pertumbuhan ekonomi kuartal III yang minus 3,49 persen juga masih lebih baik dibanding triwulan kedua yang terkontraksi 5,32 persen.
"Artinya terjadi perbaikan dan tentunya kita berharap di kuartal IV situasi akan menjadi membaik. Apalagi dengan adanya pelonggaran PSBB," ujar dia.
Advertisement