Liputan6.com, Jakarta Secara umum, gejala klinis COVID-19 bervariasi, mulai dari tanpa gejala hingga bergejala sedang dan berat. Namun, individu dengan penyakit penyerta atau komorbid, akan mengalami gejala COVID-19 yang lebih berat. Hal tersebut disampaikan Spesialis Penyakit Dalam dr Candra Wiguna, Sp.PD.
Candra menyebut, salah satu gejala berat yang tampak yakni sesak napas yang bisa berakibat pada gagal napas.
Advertisement
"Jadi sesak napas yang dapat berakibat pada kegagalan napas, dimana dia butuh oksigen bahkan sampai butuh alat bantu napas, ventilator, bahkan samapi meninggal. Itu lebih banyak didapati pada seseorang yang memiliki komorbid," Candra menerangkan dalam talkshow 'Cegah COVID-19 pada Orang dengan Komorbid' di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (5/11/2020).
Sebaliknya, individu yang terinfeksi COVID-19 tetapi tidak memiliki komorbid biasanya gejalanya lebih ringan. "Hanya gejala umum, misalnya dia demam, kemudian dia ada sakit-sakit sendi, ada batuk-batuk ringan, dan sebagainya."
Saksikan juga video menarik berikut ini:
Penyebab Pasien Komorbid Alami Gejala Parah
Candra mengatakan, dari pengamatan selama pandemi COVID-19, pasien-pasien yang menderita COVID-19 dengan gejala berat sampai kematian ternyata lebih dari 90 persen memiliki suatu penyakit penyerta yang sudah ada sebelumnya. Gejala parah pasien COVID-19 juga bisa terjadi pada individu yang memiliki suatu kondisi yang memang sudah ada seperti misalnya faktor usia.
"Memang pada 90 persen pasien COVID-19 yang mengalami gejala klinis yang berat bahkan sampai meninggal ternyata memiliki komorbid," kata Candra.
Candra menjelaskan, setiap penyakit penyerta atau komorbid bisa membuat gejala klinis pasien COVID-19 menjadi berat karena beberapa hal, salah satunya terkait usia. Ia mengatakan, pasien usia lanjut cenderung memiliki daya tahan tubuh lebih rendah dibandingkan yang berusia lebih muda.
Sementara, penyakit penyerta tertentu seperti kardiovaskular berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah membuat fungsi organ penderitanya menurun. Orang dengan kondisi tersebut, bisa meningkatkan keparahan gejala klinis ketika terinfeksi virus COVID-19.
"Hal-hal inilah yang kemudian dapat meningkatkan derajat beratnya sakit pada COVID-19 dan meningkatkan angka kematian pada penderita COVID-19 ini," ucap Candra.
Advertisement