Inovasi Kuliner Pindang Patin Sumsel Dalam Kemasan Kalengan

Kuliner khas Sumsel yaitu pindang patin kini diolah dengan teknologi canggih menjadi bentuk kemasan kalengan.

oleh Nefri Inge diperbarui 06 Nov 2020, 06:00 WIB
ilustrasi pindang patin/copyright by Shutterstock

Liputan6.com, Palembang - Menu lauk pindang patin khas kuliner di Sumatera Selatan (Sumsel), kini dikemas mennadi makanan kalengan yang mudah dibawa ke mana saja.

Inovasi ini menjadi materi presentasi Gubernur Sumsel Herman Deru, dalam rangka penilaian dan pemberian penghargaan Innovative Goverment Award (IGA) 2020. Kegiatan ini digelar oleh Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) di Gedung Merah Putih, KPK pusat di Jakarta, Rabu (4/10/20) lalu.

Menurut Gubernur Sumsel, potensi Sumber Daya Alam (SDA) di Sumsel begitu luar biasa. Banyak jenis komoditas yang sangat potensial menjadi produk unggulan daerah Sumsel, melalui sentuhan inovasi teknologi.

Inovasi tersebut untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing komoditas, serta menghasilkan produk-produk baru berdaya saing.

Salah satu contoh penerapan inovasi daerah, yaitu inovasi teknologi pengalengan pindang patin, untuk meningkatkan daya saing produk Industri Kecil dan Menengah (IKM).

Di mana, disinergikan dengan inovasi pelayanan publik, yaitu Inovasi Kemitraan Academia, Business and Government (ABG).

"Sumsel penghasil ikan patin yang sangat besar, lebih dari 137 ribu ton per tahun. Olahan ikan patin yang populer di Palembang adalah Pindang Patin," katanya, Kamis (5/11/2020).

Makanan ini, lanjut Herman Deru, sangat digemari di seluruh Indonesia. Pada umumnya, tamu-tamu yang datang ke Palembang membawa oleh-oleh pindang patin ini.

Namun menurutnya dalam kemasan yang kurang layak, karena masih diproduksi secara tradisional. Sehingga tidak tahan lama dan menurunkan kualitas makanan tersebut.

Menurutnya, permasalahan tersebut dapat diatasi melalui Inovasi Teknologi Pengalengan Pindang Patin. Sehingga tahan sampai 1 tahun dengan kualitas sesuai standar BPOM RI.

“Untuk memproduksi pindang patin dalam kaleng memerlukan investasi mesin dan peralatan lainnya yang cukup besar, bernilai miliaran rupiah,” ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini :


Target Omset Meningkat

Pindang ikan patin yang dijual di warung apung di tepian Sungai Musi Palembang Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Mantan Bupati Ogan Komering Ulu (OKU) Timur Sumsel ini menambahkan, IKM penjual pindang patin tidak mampu untuk mengeluarkan biaya investasi untuk produksi dan pengalengan produknya.

Karena itu, Pemprov Sumsel hadir meningkatkan pelayanan public kepada masyarakat dan IKM. Agar produknya berdaya saing dan menumbuhkan IKM baru, dengan Inovasi Kemitraan Academia, Business, Government (ABG).

"Dari contoh penerapan dua inovasi tersebut, mampu memberikan manfaat nyata dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian Sumsel," katanya.

Herman Deru menuturkan, rumah makan atau IKM yang memproduksi pindang patin di Kota Palembang saja sudah berjumlah 71 IKM.

Jika masing-masing IKM memproduksi pindang patin kemasan kaleng, dia memprediksi omset penjualan bisa meningkat sekitar Rp3 miliar per IKM per tahun. Dengan total 71 IKM, ditaksir bisa mencapai omset sekitar Rp213 miliar per tahun.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya