Gunung Merapi Siaga, Potensi Awan Panas Mencapai Radius 5 Km

Naiknya status Gunung Merapi ini berkaitan dengan peningkatan aktivitas vulkanik yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2020, 21:22 WIB
Erupsi Gunung Merapi, Minggu, 21 Juni 2020. (Foto: Liputan6.com/BPPTKG/Wisnu Wardhana)

Liputan6.com, Jakarta - Status Gunung Merapi dinaikkan dari waspada (level II) menjadi siaga (level III). Naiknya status Gunung Merapi ini berkaitan dengan peningkatan aktivitas vulkanik yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.

Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida menyebut dari data pemantauan terjadi peningkatan aktivitas Gunung Merapi. Dari evaluasi data ini, kata Hanik, BPPTKG pun menyimpulkan bahwa aktivitas vulkanik di Gunung Merapi saat ini dapat berlanjut ke erupsi.

Hanik menuturkan bahwa ada sejumlah ancaman potensi bahaya dari Gunung Merapi. Di antaranya adalah guguran lava, lontaran material hingga awan panas.

"Potensi ancaman bahaya berupa guguran lava, lontaran material dan awan panas sejauh maksimal 5 km," kata Hanik, Kamis (5/11/2020).

Ada empat kabupaten yang berpotensi terdampak Gunung Merapi. Keempat kabupaten ini adalah Kabupaten Sleman yang berada di DIY serta Kabupaten Magelang, Boyolali dan Klaten yang ada di Jawa Tengah.

Untuk wilayah prakiraan daerah bahaya di Kabupaten Sleman, DIY meliputi wilayah Kapanewon (Kecamatan) Cangkringan, Kabupaten Sleman. Daerah ini meliputi Padukuhan Kalitengah Lor (Kalurahan Glagaharjo), Kaliadem (Kalurahan Kepuharjo) dan Pelemsari (Kalurahan Umbulharjo).

Sedangkan untuk Kabupaten Magelang, Jawa Tengah prakiraan bahaya ada di Kecamatan Dukun. Meliputi Desa Ngargomulyo dengan Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar. Sementara untuk di Desa Krinjing meliputi Dusun Trayem, Pugeran, Trono. Sedangkan di Desa Paten meliputi Dusun Babadan 1 dan Babadan 2.

Di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah prakiraan terdampak berada di tiga desa di Kecamatan Selo. Yaitu Desa Tlogolele yang meliputi Dusun Stabelan, Dusun Takeran, Dusun Belang. Di Desa Klakah meliputi Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur. Selanjutnya di Desa Jrakah Jarak, Sepi.

Sedangkan di wilayah Klaten prakiraan bahaya ada Kecamatan Kemalang. Diantaranya meliputi wilayah Desa Tegal Mulyo yaitu di Dusun Pajekan, Canguk, Sumur. Di Desa Sidorejo yaitu di Dusun Petung, Kembangan, Deles. Terakhir di Desa Balerante meliputi Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang.

Terpisah, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengerahkan tim BPBD ke lokasi untuk siaga melakukan tindakan awal penanggulangan di Klaten, Boyolali dan Magelang. Pengiriman tim tersebut setelah meningkatnya status aktivitas Gunung Merapi menjadi level III atau Siaga.

"BPBD sudah bergerak ke Klaten karena sudah diperhitungkan arahnya erupsinya ke sana (Klaten). Tapi yang di Magelang dan Boyolali kami minta tetap siaga," kata Ganjar di Semarang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Siapkan Pengungsian

Dia menyebut untuk tempat pengungsian, pihaknya sudah melakukan koordinasi BPBD dan Bupati Wali Kota daerahnya. Tempat pengungsian bisa memanfaatkan gedung sekolah yang masih kosong. Nantinya tempat pengungsian bagi warga yang terdampak erupsi diminta petugas memperhatikan protokol kesehatan mengingat ini masih pandemi Covid-19.

"Kami sudah pastikan tempat pengungsian sudah tersedia dengan baik. Jadi warga yang menempati tempat pengungsian dengan menerapkan jaga jarak, cuci tangan dan memakai masker. Selain itu memastikan logistik aman," ungkapnya.

Warga diminta tidak panik dengan peningkatan status siaga Merapi. Namun semuanya diminta tetap waspada guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Warga tidak usah panik, tapi tetap waspada. Saya kira masyarakat terdekat pasti sudah sangat paham soal ini, hanya kita tinggal bersama-sama saling mengingatkan dan saling memantau. Siapkan alat transportasi dan barang berharga agar bisa dibawa ke tempat pengungsian jika terjadi erupsi," ujarnya.

BPBD dan tim kebencanaan lain diminta terus memantau perkembangan Gunung Merapi agar bisa memberikan informasi sedini mungkin pada masyarakat. Seluruh peralatan peringatan dini atau early warning system (EWS) yang ada harus dihidupkan dan dipantau semuanya.

"Kalau yang tidak ada EWS-nya, maka yang sifatnya tradisional harus disiapkan. Saya minta seluruh aparatur pemerintahan sampai tingkat desa hingga RT RW yang ada di sana untuk siaga membantu warganya," jelasnya. 

Reporter : Purnomo Edi, Danny Adriadhi Utama

Sumber: Merdeka

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya