Lahirnya Majapahit, Kudeta Jayakawang dan Daulat Raja Kertarajasa Jayawardhana

Napak tilas Kerajaan Majapahit tak lekang dari proses berdirinya, hingga masa kejayaan menguasai nusantara di bawah Sumpah Palapa oleh Mahapatih Gajah Mada.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 10 Nov 2020, 07:31 WIB
Candi Sumberawan merupakan satu–satunya stupa yang berhasil ditemukan di Jawa Timur. (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Jakarta - Napak tilas Kerajaan Majapahit tak lekang dari proses berdirinya, hingga masa kejayaan menguasai nusantara di bawah Sumpah Palapa oleh Mahapatih Gajah Mada.

Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagarakrtagama, seperti dikutip dari laman historia.id dalam artikelnya yang berjudul Awal Mula Kerjaan Majapahit 26 Februari 2018 menyebutkan, Majapahit berdiri sekira tahun 1293, Majapahit bukanlah kerajaan yang langsung terlahir besar dan memiliki luas wilayah yang luar biasa. Majapahit awalnya hanyalah sebuah hutan, dengan pepohonan maja di lembah sungai Brantas, dengan titik awal perkiraan berada di Tarik, Sidoarjo, Jawa Timur.

Raden Wijaya, mencatatkan nama sebagai raja pertama dengan masa kepimpinan selama 16 tahun, sejak kerajaannya berdiri. Setahun sebelum Majapahit terbentuk, Raden Wijaya adalah titisan Sri Maharaja Kertanegara, seorang raja terakhir dari Kerajaan Singhasari sebagaimana termaktub dalam Prasasti Kudadu di tahun 1292 M.

Mengutip situs storymaps.arcgis dengan judul Masa Awal Majapahit yang ditulis oleh Azizun Rohman, 15 Juli 2020, kelahiran Majapahit adalah jalan panjang dari runtuhnya Kerajaan Singhasari. Saat itu, Kerjaan Singhasari tengah terjadi pemberontakan oleh Jayakatwang, seorang Bupati Gelanggelang.

Raden Wijaya ditugaskan Kertanegara untuk menghalau serangan Jayakatwang dari Utara, namun perlawanan diberikan justru dari sisi sebaliknya. Jayakatwang melumat habis Singhasari dari sisi Selatan, diikuti tewasnya Kertanegara. Raden Wijaya pun melarikan diri dengan pasukannya ke wilayah Madura, dengan dibantu oleh Arya Wiraraja, seorang penasihat Kertanegara. Tidak hanya itu, berkat Arya Wiraraja pula lah, Raden Wijaya dapat menguasai daerah Tarik, sebagai cikal Majapahit.

Situs Wikipedia menjelaskan, sebagai penasihat ulung, Raden Wijaya diminta berpura-pura menyerah terhadap Jayakatwang. Sebagai imbalnya, Raden Wijaya memohon agar diizinkan menguasai Tarik dengan alibi menjadikan wilayah tersebut basis pertahanan Jayakatwang terhadap potensi ancaman di Sungai Berantas.

Tak dinyana, saran Arya Wiraraja berhasil. Jayakatwang memberikan kuasa Tarik kepada Raden Wijaya. Kesempatan ini pun tak disiakannya untuk mengatur strategi balas dendam dengan cara menghimpun bala prajurit hingga melangsungkan kudeta di waktu yang tepat.

Pucuk dicinta ulam tiba, pada tahun 1293, Jayakatwang kedatangan pasukan Mongol berjumlah 20 ribu orang, dipimpin seorang bernama Ike Mese.

Ike berniat membalaskan dendam terhadap Kertanegara yang dinilai telah menghina utusan Kekaisaran Mongol Kubilai Khan, saat tahun 1289. Namun, dia dan puluhan ribu pasukannya tidak tahu bahwa Kertanegara sudah tewas dan dikudeta Jayakatwang.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tunggani Kekaisaran Mongol

Menurut sejarah candi Rimbi ini merupakan pintu gerbang masuk ke pusat kerajaan Majapahit.

Raden Wijaya yang mengendus kesempatan itu, membuat kesepakatan untuk bersama menghancurkan Jayakatwang. Imbalnya, Ike dapat membawa Jayakatwang sebagai bukti kemenangan dan Raden Wijaya akan tunduk terhadap kekaisaran Mongol.

Ike yang menyepakati tawaran Raden Wijaya memulai serangan tersebut. Jayakatwang bersama pasukannya pun takluk. Keberhasilan tersebut mengundang kegembiraan Ike Mese dan pasukannya.

Tak dinyana, saat tengah lengah, Raden Wijaya pun melakukan serangan besar dan membuat Ike dan pasungan Mongol meninggalkan medan perang kembali ke tempat asalnya.

"Sejak saat itu, Raden Wijaya menjadi satu-satunya yang berdiri, mendaulat sebagai Raja dari Majapahit dengan gelar Kertarajasa Jayawardhana, pada 15 Kartika 1215 atau 12 November 1293 Masehi," tulis Kidung Harsawijaya, seperti dikatakan Slamet Muljana dalam Tafsir Sejarah Nagarakrtagama dalam laman Historia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya