Penandatanganan Proyek Gasifikasi Batu Bara Bakal Dilakukan Tahun Ini

PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) memastikan proyek pengembangan gasifikasi batu bara terus berjalan.

oleh Athika Rahma diperbarui 06 Nov 2020, 13:50 WIB
Aktivitas pekerja saat mengolah batu bara di Pelabuham KCN Marunda, Jakarta, Minggu (27/10/2019). Berdasarkan data ICE Newcastle, ekspor batu bara Indonesia menurun drastis 33,24 persen atau mencapai 5,33 juta ton dibandingkan pekan sebelumnya 7,989 ton. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) memastikan proyek pengembangan gasifikasi batu bara terus berjalan.

Direktur Utama PT Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, proyek ini diharapkan bisa ditandatangani bulan November atau Desember tahun ini.

Arviyan bilang, saat ini, perusahaan sedang melengkapi berkas kerja sama secara legal yang akan ditandatangani oleh para investor nantinya.

"Insya Allah kita akan tandatangani, kita akan mulai (pengerjaan proyek) di kuartal I atau II 2021, sekarang kita lagi menyiapkan kerja sama secara legal, proses pembahasan draft perjanjian secara legal dengan investor, yaitu PT Pertamina (Persero) dan Air Products and Chemicals, Inc," ujar Arviyan dalam konferensi pers virual, Jumat (6/11/2020).

Lanjut Arviyan, proyek ini bernilai sebesar USD 2,1 miliar dan menjadi investasi yang cukup penting bukan hanya oleh PTBA tetapi jufa untuk negara Indonesia.

"Ini berita baik buat kita sehingga kita ada harapan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kita di tahun berikutnya," katanya.

Ketika sudah beoperasi, pabrik hilirisasi batu bara ini akan mengolah 6 juta ton batu bara per tahun dan diproses menjadi 1,4 juta ton dymethil eter (DME) yang dicanangkan bisa digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti LPG.

DME yang digunakan sebagai bahan bakar alternatif bisa membantu menekan impor LPG dan menghemat devisa negara serta defisit neraca dagang.

Adapun, produksi batu bara Bukit Asam tercatat mencapai 19,4 juta ton batu bara (per September 2020) atau 77 persen dari target tahun ini yang telah disesuaikan menjadi 25,1 juta ton. Kinerja angkutan batu bara juga menunjukkan performa yang terjaga dengan kapasitas angkutan batu nara tercatat mencapai 17,7 juta ton.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Di Tengah Pandemi, Bukit Asam Untung Rp 1,7 Triliun di Kuartal III-2020

Bukit Asam

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) melaporkan kinerja positif hingga kuartal III 2020 terlepas dari dampak pandemi Covid-19 serta menurunnya harga batu bara dunia.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,7 triliun hingga 30 September 2020.

"Tentu ini suatu yang harus kita syukuri, tidak banyak perusahaan baik perusahaan publik maupun non publik, baik BUMN dan non BUMN, baik perusahaan kecil maupun besar yang bisa untung di era ini, kita termasuk perusahaan yang bisa mencapai keuntungan Rp1,7 triliun di September 2020," kata Arviyan dalam konferensi pers virtual, Jumat (6/11/2020).

Adapun, dari sisi pendapatan, PTBA membukukan sebesar Rp 12,8 triliun. Aset perusahaan tercatat masih kuat berada di angka Rp 24,5 triliun, dengan komposisi kas dan setara kas termasuk deposito berjangka (lebih dari 3 bulan) sebesar Rp 6,1 triliun atau 25 persen dari total aset.

Dari sisi produksi, PTBA mampu memproduksi 19,4 juta ton batu bara hingga September 2020 atau 77 persen dari target tahun ini yang telah disesuaikan menjadi 25,1 juta ton. Kinerja angkutan batu bara juga menunjukkan performa yang terjaga dengan kapasitas angkutan batu nara tercatat mencapai 17,7 juta ton.

Menurut Arviyan, kinerja PTBA hingga kuartal III- 2020 masih terdampak oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi energi akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan India. Begitu juga dengan kondisi di dalam negeri yang menjadi pasar mayoritas Bukit Asam.

Turunnya konsumsi listrik di wilayah besar Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Jawa dan Bali juga berdampak turunnya penyerapan batu bara domestik.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya