Tingkatkan Kesejahteraan Warga, Desa Bakal Jadi Pemasok Bahan Baku PLTU

Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) mendorong pemberdayaan desa bebasis energi

oleh Helena Yupita diperbarui 06 Nov 2020, 18:45 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jeranjang berkapasitas 3 x 25 Megawatt (MW) yang berlokasi di Desa Taman Ayu, Lombok Barat. (Dok PLN)

Liputan6.com, Jakarta Program cofiring biomassa PLTU yang didukung oleh PT PLN (Persero) bersama Direktorat Jendral ETBK dalam mengembangkan energi baru terbarukan (EBT), erat hubungannya dengan energi desa.

Desa akan dijadikan sebagai salah satu sumber pasokan bahan baku untuk pembangkit enegri. Dengan konsep yang dibuat untuk cofiring biomass PLTU, desa dapat diberdayakan dengan menjadi pemasok bahan baku.

Dampaknya, akan menguntungkan bagi desa karena dapat membangkitkan pertumbuhan ekonomi di desa termasuk tenaga kerja. 

Staf Ahli Menteri Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (PDTT) Suprapedi menjelaskan mengenai konsep SDGs tujuan pembangunan berkelanjutan desa.

Konsep SDGs desa merupakan hasil overlay dari SDGs nasional dengan kewenangan desa seperti pada UU 6 Tahun 2014 tentang desa.

"Energi terbarukan sangat sesuai dengan SDGs dan strategi pembangunan desa karena langsung to the point mengarah pada pembangunan berkelanjutan yaitu 'Desa Berenergi Bersih dan Terbarukan'. Maka konsep cofiring biomassa PLTU ini sangat mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan khusunya di desa-desa," ujar Suprapedi di Jakarta, Jumat (6/11/2020).

Pembangkit energi desa akan berpengaruh banyak pada kesejahteraan kehidupan di desa, meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa, mengatasi kemiskinan, bahkan kelaparan. Potensi ini mempunyai daya ungkit yang cukup besar.

Data dari PODES BPS mengatakan bahwa energi biomassa di Indonesia masih sangat rendah. Jika di komulatifkan, hanya terdapat 9,4 GW atau 2,1 persen dari seluruh potensi energi terbarukan yang ada Indonesia.

Kementerian Desa berharap bahan baku biomassa yang berasal dari desa bisa menjamin sustainabilitas energi biomassa. Ini karena desa menjadi subjek yang strategis untuk mendukung cofiring biomassa PLTU.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


PLN Berhasil Listriki 12 Ribu Desa Selama 5 Tahun

Pelanggan mengisi token listrik di Rusun Bendungan Hilir, Jakarta, Rabu (15/11). Pemerintah dan PT PLN (Persero) tengah menggodok penyederhanaan golongan pelanggan listrik rumah tangga. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Peringatan Hari Listrik Nasional yang jatuh pada tanggal 27 Oktober 2020 menandakan 75 tahun perjuangan PLN melistriki negeri. Dari waktu ke waktu, PLN terus berupaya menghadirkan listrik hingga ke seluruh negeri, dari perkotaan, pedesaan, bahkan hingga daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal).

Kini akses listrik semakin merata. Semakin banyak masyarakat dan wilayah yang dapat terlistriki. Perkembangan rasio elektrifikasi (RE) nasional dalam 5 tahun terakhir tumbuh 11 persen. Hingga bulan September 2020, tercatat telah mencapai 99,15 persen. Padahal, pada tahun 2015 baru mencapai 88,3 persen.

Rasio elektrifikasi merupakan jumlah perbandingan rumah tangga berlistrik baik listrik PLN maupun non PLN dengan total rumah tangga yang ada di suatu wilayah atau negara.

“75 tahun, insan PLN terus bekerja keras, menghadapi berbagai tantangan untuk mewujudkan energi berkeadilan, menghadirkan terang untuk seluruh masyarakat Indonesia,” ucap Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini, Kamis (29/10/2020).

Pertumbuhan RE dari tahun ke tahun juga sejalan dengan peningkatan jumlah desa yang terlistriki oleh PLN. Dalam lima tahun terakhir, sebanyak 12 ribu desa berhasil dilistriki. Pada tahun 2015, jumlah desa berlistrik baru sebesar 70.391, meningkat menjadi 83.028 desa berlistrik pada September tahun 2020.

Pembangunan infrastruktur listrik ke desa-desa terpencil terus dilakukan sebagai upaya meningkatkan RE. Sebagai contoh, pada peringatan Hari Listrik Nasional ke-75 ini PLN berhasil menghadirkan listrik di 11 desa terpencil di Provinsi Riau.

Sebanyak 6 Desa berlistrik di Kabupaten Kampar yang diresmikan antara lain Desa Sungai Santi, Desa Kota Lama, Desa Kebun Tinggi, Desa Lubuk Bigau, Desa Tanjung Permai, dan Desa Pangkalan Kapas. Sedangkan 5 desa lainnya berada Kabupaten Indragiri Hilir yaitu Desa Sepakat Jaya, Desa Kuala Sungai Batang, Desa Bakau Aceh, Desa Bantayan, dan Desa Batang Tumu.

Demi mewujudkan 11 desa berlistrik tersebut, PLN menggelontorkan dana sebesar Rp 29,9 miliar untuk membangun Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 59,35 kilometer sirkuit (kms), Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 39,61 kms dan gardu distribusi sebanyak 19 buah dengan total daya 1.150 kiloVolt Ampere (kVA). Hadirnya listrik di 11 desa tersebut kini hampir 1.000 kepala keluarga dapat menikmati listrik.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya