Tiga Informasi Hoaks Menyebar Saat Pemungutan Suara di Amerika Serikat

Beredadr tiga informasi hoaks yang menyebar saat pemungutan suara di Amerika Serikat. Berikut rangkumannya.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Nov 2020, 08:00 WIB
banner Hoax (Liputan6.com/Abdillah)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa kategori kesalahan informasi atau hoaks seputar Pemilu Amerika Serikat muncul setelah penghitungan suara, Selasa 3 November 2020.

Hoaks menargetkan beberaa negara bagian yang turut. Berikut adalah tiga jenis hoaks seputar Pemilu Amerika Serikat yang beredar di media sosial, seperti dilansir dari nytimes.com:

Klaim Palsu Ditemukan atau Surat Suara Hilang

Saat penghitungan suara berlangsung Selasa, informasi hoaks tentang surat suara ditemukan atau hilang beredar di Facebook dan Twitter.

Seorang pengguna Twitter mengomentari artikel berita di dalamnya terdapat foto petugas pemilu di negara bagian Virgina, Fairfax County membawa kotak suara tertutup dengan menambahkan narasi pada postingannya kumpulan surat suara telah ditemukan.

Twitter memberi label peringatan di postingan agar orang-orang mempelajari tentang upaya keamanan pemilu AS 2020. Peneliti disinformasi di Stanford Internet Observatory, Renee Di Resta mengatakan, unggahan tersebut dibuat untuk mengubah tujuan konten.

"Konten yang dibuat pengguna di hari pemilihan dibuat mengubah tujuan dengan mengumpulkan klaim penipuan dan tidak sah."

Jenis postingan ini terkadang menggunakan gambar untuk memberikan kesan asli atas klaim palsu.

 

Simak video pilihan berikut ini:


Klaim Penghitungan Suara yang Melonjak

Informasi pemilu di Amerika Serikat yang multi bahasa (foto: Jason Margolis)

Jenis unggahan menyesatkan lainnya, yaitu klaim terdapat kecurangan suara sehingga lonjakan penghitungan suara dilakukan negara bagian yang melakukan swing voter seperti Wisconsin, Michigan, dan Geogria dalam semalam untuk calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden.

"Proses pemilihan negara bagian ditentukan jauh sebelum pemungutan suara pertama diberikan," kata Lisa Kaplan, pendiri Alethea Group,perusahaan yang meneliti dan membantu melawan disinformasi terkait permilu.

"Hal normal adanya perubahan jumlah suara karena negara bagian sudah mengikuti prosedur yang ditentukan sejak awal. Klaim seperti itu harus ditanggapi dengan serius dengan fakta dan bukti," sambungnya.

 


Pencoblosan Menggunakan Spidol

Warga memberikan suara mereka di tempat pemungutan suara di Washington DC, Amerika Serikat (AS), pada 27 Oktober 2020. Pemungutan suara awal (early voting) secara langsung dimulai di Washington DC pada Selasa (27/10) di 32 tempat pemungutan suara. (Xinhua/Ting Shen)

Sebuah narasi tak berdasar yang menuduh bahwa petugas pemungutan suara Arizona memberi pemilih spidol bermerek Sharpies untuk menandai surat suara mereka beredar di media sosial. Konten tersebut menyebut jika surat suara diberi tanda maka suara mereka akan dibatalkan.

Tweet individu diposting mulai 3 November 2020, menurut data Zignal, kemudian meningkat tajam setelah tengah malam 4 November 2020.

Dilansir dari The New York Times yang mencatat, banyak unggahan yang mengklaim penghitungan suara di wilayah Marcipa dan Pinal di Arizona tidak berjalan dengan baik karena mesin pemungutan suara sulit membaca surat suara karena tinta sipodol yang mengotori kertas suara.

Pihak yang berwenang di kedua wilayah membantah tuduhan dengan mengatakan tidak ada orang yang membagikan Sharpie di tempat pemungutan suara dan spidol tersebut aman untuk dibaca oleh mesin pembaca surat suara.

Facebook telah memblokir hastag #Sharpiegate sejak penghitungan suara pilpres AS dimulai sehingga postingan mengenai isu ini tidak dapat diakses di Facebook.

 

 

 

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya