Liputan6.com, Jakarta - Malang Fashion Week (MFW) 2020 siap suguhkan koleksi puluhan desainer lokal hingga internasional. Tahun ketiga pergelaran MFW diawali dengan tampilan 17 koleksi modest wear karya desainer lokal yang ditayangkan secara virtual pada Jumat, 6 November 2020.
MFW 2020 menghadirkan total 51 desainer, termasuk dua desainer dari Malaysia dan Australia. Ada pula tiga desainer tamu, yakni Ali Charisma dari Bali, Gergorius Vici dari Semarang, serta Azzlan dari Kuala Lumpur, Malaysia.
Baca Juga
Advertisement
Rangkaian MFW tahun ini diawali dengan koleksi modest wear. Mulai dari busana kasual, formal, hingga elegan, semua memadati visual hari pertama MFW 2020. Peragaan busana pun dibuka dengan koleksi unik dari Black Label by Sanet Sabintang. Pallette warna busananya terdiri dari muted brown, putih, dan biru muda, menonjolkan kesan kalem dengan potongan kerudung yang anggun.
Kemudian, penampilan selanjutnya diikuti Silla Dahwillah, Falasifa Indonesia by Rima Zuraida, Dyadayu by Diandra Paramitha, Andy Sugix X Hefi Rosid, Fatima Syar’i by Almira, dan Bhatari Lingga by Nirmala Eka. Disusul oleh koleksi busana persembahan Bank Indonesia (BI) yang sarat sentuhan batik lokal, yaitu Batik Raden Wijaya dan Batik Druju.
Tak kalah menarik, koleksi selanjutnya juga datang dari kelompok tiga desainer muda, yakni Three Can dari SMKN 3 Malang. Selanjutnya, koleksi Elis Unsoe, Le Ciel by Alfatir Muhammad, Belquinza Ajeng Belquinza, Yece by Yeti Topiah, dan ditutup desainer tamu Ali Charisma dari Bali.
Mengangkat tema "Enigmatic," yang bermakna sulit dimengerti dan sebuah ketidakpastian, Malang Fashion Week 2020 merefleksikan kondisi pandemi COVID-19 yang jelas tak pernah terduga awal dan akhirnya. Penyelenggaraannya merupakan dukungan bagi para pegiat dunia mode, termasuk desainer dan UMKM lokal.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Falasifa Indonesia by Rima Zuraida
Bermain dengan warna coklat dan krem senada, koleksi desainer Rima Zuraida ini dinamakan FLANACEA yang berarti tanaman rami atau linen. Koleksi kali ini merupakan padu-padan terusan dan celana berpotongan lebar, dengan variasi tali juga aksen hood.
Inspirasinya datang dari tanaman tersebut, yang mana hampir seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan bagi kehidupan. Bijinya juga digunakaan untuk suplemen nutrisi dan sebagai bahan pernis. Sedangkan, batangnya dimanfaatkan sebagai bahan tekstil yang seratnya lebih kuat dua hingga tiga kali lipat dari serat kapas.
Rima mengaku ingin mengangkat asal dan fungsi tanaman ini, kemudian mewujudkannya ke dalam sebuah koleksi, salah satunya untuk mendukung konsep berkelanjutan. Juga, menyebarkan filosofi tumbuhan yang banyak manfaatnya. Baginya, hidup harus dipergunakan semaksimal mungkin agar bermanfaat bagi lingkungan.
Advertisement
Yece by Yeti Topiah
Koleksinya kali ini dinamakannya Veste, yang merupakan singkatan dari Jalan Veteran. Deretan busananya terdiri dari berbagai jenis atasan, bawahan, luaran, hingga terusan. Warna yang digunakannya juga berpaku pada hijau dan abu-abu. Gaya kasual feminin dengan potongan asimetris jadi nuansa keseluruhannya.
Memanfaatkan bahan katun dan tenun, busana ini terinspirasi dari sebuah suasana kehidupan sehari-hari di Jalan Veteran, yakni ramai lalu-lalang pelajar, juga kegiatan berbelanja harian. Lincah, ekspresif, dan stylist adalah ciri khas energi pelajar yang diwujudkannya dalam koleksi modest wear kekinian.
Desain dibuat dengan konsep berpikir minimalis terkesan sporty. Tak lupa dipadukan dengan bahan dasar unik dan sepatu kets, serta aksesori yang meembawa kesan muda di keseluruhan look. (Brigitta Valencia Bellion)
