Wajar, Ini Alasan Orang Jadi Menangis Saat Swab Test COVID-19

Alat swab test COVID-19 akan mengenai kelenjar air mata yang terletak di dinding belakang hidung sehingga bikin orang jadi menangis

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 07 Nov 2020, 11:38 WIB
Warga menjalani "swab test" di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Jakarta, Rabu (7/10/2020). Pemerintah menetapkan harga batas tes usap alias tes swab melalui PCR untuk mendeteksi Covid-19 agar mendorong masyarakat melakukan tes secara mandiri. (merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama Genomik Solidaritas Indonesia (GSI Lab), dr Nino Susanto, mengatakan, wajar seseorang menangis saat menjalani tes usap atau swab test COVID-19.

Hal tersebut bisa terjadi lantaran alat mirip cutton bud yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan material virus SARS-CoV-2 atau Virus Corona baru mengenai kelenjar air mata yang berada di belakang hidung.

"Tadi tuh dirangsang. Jadi, itu adalah respons yang normal dan wajar," kata Nino kepada Health Liputan6.com belum lama ini.

Itu mengapa, lanjut Nino, ketika manusia menangis juga akan mengeluarkan ingus.

Nino, menjelaskan, virus penyebab COVID-19 menempel di dinding bagian belakang hidung atau nasofaring.

Ketika seseorang di-swab test COVID-19 dengan metode reaksi rantai polimerasi (PCR), alat pendeteksi akan dimasukkan melalui hidung dan mulut.

"Walaupun menyerang paru-paru, virus menempelnya di nasofaring," kata Nino.

"Alat masuk hidung mengarahnya ke bagian itu, lewat mulut pun sebenarnya arahnya ke sana juga," Nino menekankan.

 

Simak Video Berikut Ini


Swab Test PCR Satu-Satunya yang Efektif Guna Mendeteksi Virus Corona COVID-19

Warga menjalani "swab test" di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Jakarta, Rabu (7/10/2020). Pemerintah menetapkan harga batas tes usap alias tes swab melalui PCR untuk mendeteksi Covid-19 agar mendorong masyarakat melakukan tes secara mandiri. (merdeka.com/Imam Buhori)

Hingga sekarang, swab test PCR adalah satu-satunya metode efektif untuk mendiagnosis COVID-19 yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sebab, metode ini memungkinkan mengambil lebih dari satu spesimen untuk diperiksa di laboratorium. Ini juga alasan saat swab test COVID-19, yang akan dicolok adalah kedua hidung dan mulut.

GSI Lab, kata Nino, adalah laboratorium tes PCR yang mampu melakukan hingga 5.000 tes per hari. Masyarakat bisa memanfaatkan segala kemudahan saat melakukan pengambilan sampel di sana.

Selayaknya restoran cepat saji, GSI Lab menghadirkan layanan drive thru, walk thru, dan ride thru. Tak ingin datang langsung ke laboratorium yang terletak di Cilandak, Jakarta Selatan, masyarakat bisa menggunakan layanan swab test COVID-19 di rumah maupun kantor.

Nino pun berharap kehadiran GSI Lab dengan kemampuan menguji 5.000 sampel per hari dapat membantu Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 dalam meningkatkan kapasitas tes PCR nasional, serta memerluas akses bagi masyarakat.

 


GSI Lab Menerima Bantuan dari Tanoto Foundation

Tanoto Foundation dan Temasek Foundation International berdonasi mesin guna mempermudah testing COVID-19 di GSI Lab, Cilandak, Jakarta Selatan

Baru-baru ini, GSI Lab menerima donasi berupa mesin ekstraksi RNA (ribonucleic acid), reagen kit, dan bahan habis pakai untuk pemeriksaan PCR dari Tanoto Foundation dan Temasek Foundation International.

Direktur Komunikasi Tanoto Foundation, Haviez Gautama, mengatakan, pihaknya selalu melihat apa yang dibutuhkan pada saat itu sebelum berdonasi.

Pada awal April dan Mei, misalnya, Tanoto Foundation berdonasi alat pelindung diri (APD) karena yang dibutuhkan pada saat itu adalah barang tersebut.

"Sekarang, testing," kata Haviez pada Senin, 2 November 2020.

Menurut Haviez, Tanoto Foundation menilai bahwa GSI Lab dapat melaksanakan testing COVID-19 dengan sangat baik.

"Mereka memiliki fasilitas yang cukup lengkap dan teknis mempuni. Bersama dengan Temasek Foundation International, menyumbangkan peralatan untuk meningkatkan kapasitas testing mereka," kata Haviez.

"Supaya semakin banyak ditesting, semakin banyak pula yang bisa diketahui. Ini yang kami lakukan sekarang," Haviez menekankan.

Nino kemudian menjelaskan bahwa ada dua tahapan yang harus dilalui saat melakukan pengujian sampel melalui di laboratorium, yaitu esktraksi RNA dan PCR.

"Pertama kali setelah sampel diambil dengan swab, RNA sebagai materi genetik virus diambil. Kemudian, RNA dideteksi dengan PCR, apakah RNA itu milik COVID-19 atau bukan," katanya.

"Tanoto menambahkan dua alat itu," Nino menekankan.


Infografis COVID-19

Infografis 8 Tips Nyaman Pakai Masker Cegah Covid-19 (Liputan6.com/Triyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya