Liputan6.com, Cilacap - Sebanyak 497 santri di Pondok Pesantren (Ponpes) El Bayan, Desa Padangsari, Kecamatan Majenang, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dinyatakan sembuh Covid-19. Kepastian ini diperoleh dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap, Pramesti Griana Dewi, Sabtu (7/11/2020).
Pramesti mengatakan, dari ratusan santri yang terpapar Covid-19 itu, sebagian besar tak bergejala atau OTG. Mereka isolasi atau dirawat di fasilitas karantina khusus yang dipersiapkan Satgas Penanganan Covid-19 bersama pihak pondok pesantren, yakni di MA El Bayan.
Baca Juga
Advertisement
Adapun santri yang bergejala, sesuai dengan protokol kesehatan, dirawat di RS yang memiliki fasilitas yang mememenuhi syarat, RSUD Majenang dan RSU Duta Mulya. Jumlahnya mencapai 16 santri. Ke-16 santri itu hanya bergejala ringan dan sedang, yakni kehilangan indra penciuman, demam, dan batuk.
“Baik yang dirawat di MA El Bayan maupun RS tiap hari melakukan olahraga, mengkonsumsi makanan bergizi, dan ada tambahan nutrisi, penambahan vitamin,” ujarnya.
Pramesti memaparkan, total sebanyak 1.030 orang di lingkungan pesantren diswab. Mereka terdiri dari santri, pengasuh, keluarga pengasuh, asatidz dan keluarga asatidz. Dari swab ini, sebanyak 497 orang terkonfirmasi Covid-19. Namun kini, semua dinyatakan sembuh tanpa ada catatan gejala berat, maupun meninggal dunia.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Antisipasi Covid-19 di Pesantren
“Diisolasi selama 10 hari. Sesuai dengan panduan Kementerian Kesehatan, dan diperiksa oleh dokter penanggung jawab, semuanya sudah bisa dinyatakan sembuh,” jelasnya.
Ketua Ponpes El Bayan, Gus H Firdaus Subky, SE mengatakan, Covid-19 di pesantren teridentifikasi kali pertama pada akhir September 2020. Kala itu, sejumlah santri mengalami gejala demam dan kehilangan indra penciuman. Sebagian lainnya, batuk ringan. Lantas, pengasuh pesantren segera berkoordinasi dengan dinas kesehatan untuk melakukan swab.
Firdaus mengakui bukan hal mudah untuk menangani Covid-19 di pesantren. Pasalnya, virus yang kali pertama teridentifikasi di Wuhan, Tiongkok, ini menyasar ratusan santri, dalam waktu nyaris bersamaan.
Firdaus menjelaskan, meski seluruh santri sudah dinyatakan sembuh, namun, protokol kesehatan di lingkungan Pesantren El Bayan tetap dilakukan dengan ketat. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kembali munculnya serangan serupa. Pengasuh dan sejumlah pihak lain menyediakan masker, tempat cuci tangan, dan rutin mendisinfeksi ruangan dan lingkungan pesantren.
Pesantren menerapkan protokol pencegahan penularan Covid-19 di tiap kegiatan santri, seperti salat berjemaah, mengaji, dan makan. Tiap hari santri juga dijadwalkan berolahraga dan berjemur matahari pagi. Pesantren juga menambah gizi dan nutrisi di makanan agar santri lebih sehat.
“Tiap kegiatan dilakukan dengan protokol ketat. Sebelumnya kami sudah menerapkan protokol, sekarang lebih diperketat lagi,” kata Firdaus.
Advertisement
Satgas Covid-19 dan Jogo Santri
Selain disiplin menerapkan protokol kesehatan, Ponpes menyediakan ruangan khusus untuk kunjungan orangtua santri. Ruangan tersebut memastikan antara santri dan orangtuanya tak bisa berinteraksi langsung, meski dalam jarak dekat.
Ruangan dibatasi dengan kaca, agar santri bisa berinteraksi dengan orangtuanya, namun tidak berkontak secara fisik. Sedangkan kunjungan di luar orangtua santri, sementara dibatasi.
“Kasihan santri kalau tidak bertemu dengan orangtuanya. Tapi protokol pencegahan juga harus diterapkan. Santri putra dan putri masing-masing ada fasilitas terpisah. Dijadwal dan tidak boleh berinteraksi langsung,” ujarnya.
Ponpes juga membuat Satgas Penanganan Covid-19 pesantren dan relawan Jogo Santri. Di satu sisi, Satgas Covid-19 El Bayan ini bertugas untuk memastikan protokol kesehatan tak terabaikan.
Di sisi lain, Satgas dan relawan Jogo Santri juga melakukan edukasi terus menerus di lingkungan pesantren. Ini penting sebagai upaya antisipasi munculnya musibah serupa di masa mandatang.
“Kami juga berharap musibah di Ponpes El Bayan ini menjadi pelajaran bagi pesantren lainnya agar tidak terjadi musibah yang sama,” ucap Firdaus.