Cara Sederhana Bahagiakan Lansia yang Menua dan Rentan Terinfeksi Penyakit

Membahagiakan lansia seiring tubuh yang menua agar mereka tetap aktif dan sehat.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 09 Nov 2020, 14:00 WIB
Peringatan HLUN tahun ini mengusung tema nasional Negara Hadir untuk Lanjut Usia dan sub tema bidang kesehatan adalah Keluarga Sayang Lansia, Keluarga Bahagia.

Liputan6.com, Jakarta Seiring tubuh yang menua, daya tahan melemah, dan rentan terpapar penyakit, para lanjut usia (lansia) juga berhak bahagia. Sebuah pekerjaan rumah kita bersama untuk membahagiakan mereka selama hari-hari tua. Tujuannya, agar mereka menjadi lansia yang tetap aktif dan sehat. 

Ketua Umum Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI) Siti Setiati menyampaikan, cara memberikan kebahagiaan untuk lansia dapat dilakukan sehari-hari. Kuncinya, ada pelibatan anggota keluarga. Menemani dan mendampingi mereka sehari-hari.

“Bagaimana cara membahagiakan lansia? Ini pertanyaan yang unik dan salah satu pertanyaan yang seringkali ditanyakan. Sederhananya, untuk yang Muslim bisa menghapal Al-Qur’an,” ujar Siti saat dialog virtual Pahami Lansia, Bahagiakan Seluruh Keluarga, ditulis Minggu (8/11/2020).

“Cara ini, saya selalu sarankan bagi lansia, terutama menjelang lansia dan khawatir dengan daya ingat mulai menurun. Jadi, bukan hanya sekadar membaca, tapi mencoba mengingat ayat-ayat atau surat-surat yang ada.”

Untuk membantu daya ingat, lansia bisa mencoba diulang-ulang menghapal ayat atau surat di dalam Al-Qur’an. Tips ini menjadi upaya mencegah atau memperlambat proses penurunan daya ingat. Intinya, bagaimana kita mempelajari hal-hal baru, tapi juga menyenangkan dan menenangkan hati. 

Ketika membaca ayat atau surat Al-Qur’an pun tak hanya mengulang-ulang sesuatu yang sama, melainkan surat apa yang tidak pernah diingat (dihapal) bisa dibaca. Melatih diri menghapal merupakan memperbaiki daya ingat yang ada di otak. 

“Ada juga lansia yang membaca dan menghapal doa ternyata juga meningkatkan tadi kegembiraan. Ada respons reseptor di otot sehingga membuat lansia merasa lebih bahagia. Cara lainnya bisa belajar bahasa lain (asing atau daerah),” lanjut Siti.

 

Saksikan Video Menarik Berikut Ini:


Libatkan dalam Aktivitas Harian

Para lansia mengantre untuk memeriksa kesehatan saraf saat CFD di Jakarta, Minggu (7/7/2019). Kemenkes bersama Neurobion, produsen vitamin neurotropik dari P&G Health Indonesia memberikan cek kesehatan mengenai risiko neuropati di acara Hari Lanjut Usia Nasional 2019. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di Indonesia, rata-rata lansia tinggal satu atap bersama anak, menantu, dan cucu-cucunya. Kita mengenal dengan istilah three generation family (keluarga tiga generasi) yang ada dalam satu rumah. Adanya anggota keluarga berperan sekali menjaga lansia. Mereka dapat melibatkan lansia dalam berbagai aktivitas harian.

Three generation family masih menjadi mayoritas di Indonesia. Anggota keluarga bisa menjadi pengambilan keputusan dalam hal pengasuhan. Mungkin sebagian membutuhkan perawat atau baby sitter,” Siti menerangkan.

“Kita harus lihat nanti lansia itu masih ada yang cukup sehat. Cukup banyak lansia yang membutuhkan keluarga. Di sisi lain, keluarga tentu berperan mendampingi, merawat, dan tentunya juga melibatkan mereka dalam berbagai aktivitas.”

Aktivitas fisik bisa menjadi kegiatan menyenangkan bagi lansia. Manfaat aktivitas fisik membuat tubuh fit dan bugar. Risiko penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan yang dapat didera lansia menurun. Jalan kaki dan bersepeda dapat dilakukan. 

 

“Kita bisa mendorong keluarga untuk membiasakan lansia berolahraga. Betul-betul melaksanakan aktivitas fisik. Ada satu artikel yang menunjukkan, ternyata dengan (lansia) aktivitas fisik tingkat sedang saja, menurunkan resiko infeksi saluran napas sampai 50 persen,” ujar Siti.

“Aktivitas fisik apa yang sedang? Ya, jalan enggak usah cepet, bersepeda juga boleh. Itu bisa dikerjakan tidak mahal, yang murah saja. Juga tidur cukup. Saya kira memang penting ya tidur cukup.”

 

Tidur yang cukup bagi lansia sebagai upaya penerapan sleep hygiene. Dalam hal ini, lansia aktif di siang hari, lalu malam tidur nyenyak. Gangguan tidur banyak dihadapi lansia. Sulit tidur dan berhari-hari tidak tidur berujung daya tahan tubuh akan turun. 

Tidur yang cukup dia akan memperbaiki sistem sistem imun lansia. Lama waktu tidur cukup bervariasi setiap orang bisa, ada yang 5 jam, tapi rentang 6-7 jam bagus. 

 


Kembangkan Hobi dan Interaksi Sosial

Li Chunfu (tengah), 92 tahun, berbicara dengan rekan setimnya saat istirahat latihan di Jinan, Provinsi Shandong, China, Rabu (5/8/2020). Sebagai anggota tertua Tim Bola Basket Lansia Jinan yang didirikan pada 2012, Li Chunfu telah bermain bola basket dalam rutinitas hariannya sejak 1949. (Xinhua/Wa

Kelola stres juga penting bagi lansia. Untuk mengelola stres, Siti menyarankan dorong lansia mengembangkan hobi. Anggota keluarga perlu memerhatikan apa yang disukai atau aktivitas yang menyenangkan bila ada lansia di rumah.

Membuka interaksi dengan teman-teman sesama lansia, kenalan, dan kerabat juga bisa mengelola stres. Di masa pandemi COVID-19, interaksi dapat dilakukan dengan telepon, media sosial maupun aplikasi virtual lain. 

 

“Kembangkan hobi, apa yang mau kita tulis, melukis, berkebun, membaca buku, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Saya kira ini juga salah satu upaya menurunkan stres bagi lansia,” sarannya.

“Saya kira memang penting sekali memaksimalkan kontak interaksi dengan keluarga dan teman melalui telepon dan media sosial online. Tantangan di era new normal, yang mana lansia disarankan di rumah. Cara berinteraksi dan komunikasi dengan keluarga harus tetap diupayakan baik.”

 

Adanya interaksi dan komunikasi yang sehat agar lansia tidak dibiarkan kesepian. Kesepian menjadi pangkal munculnya berbagai problem. Mereka bisa mengalami depresi yang berakibat daya tahan tubuh turun. Akhirnya, rentan terserang penyakit.

Oleh karena itu, kontak interaksi dengan keluarga, melibatkan lansia dalam kehidupan keluarga sehari-hari sangat penting. Keterlibatan interaksi sosial menghadirkan koneksi emosional. Hal ini sebagai prediktor yang kuat untuk menjaga kesehatan.

“Dari studi meta analisis, hubungan (interaksi) sosial itu ternyata menyebabkan koneksi tinggi terhadap emosional. Seseorang akan merasa berguna dalam hidup. Itu penting dimiliki oleh orangtua (lansia),” imbuh Siti.

“Bahwa lansia harus diajak terlibat dalam mengambil keputusan dan diskusi-diskusi. Ini membuat mereka lebih mandiri. Memang penting sekali keterlibatan sosial diadakan atau disiapkan untuk para lansia.”

 


Dampingi Lansia Hadapi Penyakit

Peringatan HLUN tahun ini mengusung tema nasional Negara Hadir untuk Lanjut Usia dan sub tema bidang kesehatan adalah Keluarga Sayang Lansia, Keluarga Bahagia.

Menjalani hari-hari dengan lansia juga tidak lepas dengan pendampingan dalam menghadapi penyakit. Beberapa lansia kerap mengalami masalah kesehatan. Ada istilah immunosenescence yakni penurunan sistem imun, terutama mereka yang memiliki riwayat penyakit multimorbiditas (riwayat penyakit yang banyak). Pada seorang lansia, ada yang punya riwayat penyakit 2 sampai 4 penyakit. Misal, ada yang darah tinggi, gula darah tinggi, dan pengapuran. 

Siti menekankan, pada umumnya, penyakit di atas yang dialami lansia adalah penyakit degeneratif--kondisi penurunan fungsi organ. Ini penyakit yang berlangsung berkepanjangan dan menahun. Ada juga gangguan nutrisi pada sebagian lansia. 

 

“Biasanya penurunan nafsu makan, indera perasa, dan penciuman menurun, pengosongan lambung lambung yang melambat, sehingga mudah kenyang dan nafsu makan sedikit. Tidak semua lansia juga yang alami,” tegasnya.

“Kondisi lansia lain yang juga perlu diperhatikan adalah sarcopenia inferiority--pengurangan massa, kekuatan, dan kinerja otot, sehingga mereka mudah terjatuh. Kalau jatuh bisa terjadi patah tulang. Ya, ini karena estrogen yang juga menurun.”

 

Tubuh lansia juga terjadi keropos tulang dan otot, yang membuat kekuatan otot menurun. Mereka mudah jatuh. Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan, 44 persen lansia punya multimorbiditas. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, sebagian mereka ada darah tinggi, gangguan gigi, pengapuran atau arthritis biasanya terjadi pada lutut, daerah punggung bawah.

Beberapa lansia juga punya riwayat diabetes, penyakit jantung koroner, stroke, gagal ginjal dan kepikunan. Depresi sebenarnya ikut mewarnai kehidupan lansia kini. Melihat sederet penyakit yang bisa saja dialami lansia, sebuah tantangan bagaimana membuat lansia tetap menjalani hari-hari tuanya dengan baik.

“Saya pikir ini tantangan buat kita bersama untuk mendampingi lansia. Apakah di rumah nanti diperlukan pengasuh lansia atau profesional. Buat teman-teman pengasuh lansia di lapangan, perlu dipahami betul dan diberikan informasi kepada keluarga lansia tersebut,” Siti menegaskan.

“Bahwa ada penyakit-penyakit kronik yang memang umumnya cukup sering dialami lansia. Misal, gangguan jantung. Kadang-kadang kalau kita tanya masalahnya apa, yang lebih dominan (gangguan) lututnya. Jadi, problem kesehatan ini penting diwaspadai oleh pendamping lansia.”

 


Spektrum Renta di Indonesia

Pendamping memegangi Lansia turun dari bus yang dipergunakan untuk antar-jemput Lansia dari-ke Istana lansia (Liputan6.com/Novia Harlina)

Pendampingan terhadap lansia juga perlu memahami bagaimana spektrum renta (frailty)--suatu kondisi klinis seseorang yang memiliki kerentanan untuk mengalami ketergantungan dan/atau kematian ketika ada stressor (pemicu stres). Stres pada orangtua bisa sampai pada kondisi depresi. Stressor terdiri dari psikologis, yaitu ada keluarga yang meninggal dunia dan infeksi akut (karena penyakit yang didera).

 

“Dari pengalaman-pengalaman saya, cukup banyak kasus seperti ini. Data yang dikumpulkan di Jakarta, Bandung, Surabaya, lansia yang sehat betul itu hanya 13,2 persen, lansia pra-renta 61,6 persen, dan renta sekitar 25 persen. Ini sebetulnya tantangan kita semua, bagaimana cara membuat lansia itu sehat,” papar Siti dari Divisi Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.

“Data di atas memang belum mewakili Indonesia, hanya di kota besar saja. Tapi ini sebetulnya potret yang mesti kita cermati dan antisipasi pencegahannya. Standarnya gampang dibicarakan dan disampaikan, tapi tidak mudah dijalankan.”

 

Adapun cara mencegah ketergantungan renta berupa pola makan sehat, berhenti merokok , konsumsi vitamin dan mineral. Bagi lansia, ketercukupan vitamin D menjaga kesehatan tulang. Apalagi pengeroposan tulang dapat dialami lansia.

Pajanan sinar matahari dengan ultraviolet mengandung vitamin D penting diperoleh. Hal ini meningkatkan penyerapan mineral, kalsium, dan vitamin.

“Paparan sinar matahari bisa masuk, lalu menguatkan otot dan tulang otot. Tulang itu sumbernya kan kalsium. Yang menarik juga efeknya, menurunkan resistensi insulin, memperbaiki tekanan darah, meningkatkan imunitas tubuh, dan melindungi diri dari infeksi saluran pernapasan akut,” jelas Siti.

Aktivitas fisik yang teratur pun menjaga tubuh lansia bugar. Lakukan aktivitas fisik setidaknya 150 menit atau 30 menit dalam 5 hari per satu minggu. Ini penting dikerjakan. Dari berbagai jurnal, aktivitas fisik sangat baik untuk otot tulang, menurunkan infeksi saluran pernapasan, termasuk perbaikan fungsi jantung dan paru. 

Adanya aktivitas fisik juga melatih keseimbangan tubuhnya. 

“Keseimbangan tubuh jadi lebih baik. Tentunya, menghindari jangan sampai jatuh. Kurang aktivitas fisik dan konsumsi makanan tidak sehat dalam waktu tertentu akan terasa sekali 10-15 tahun kedepan,” imbuh Siti.

“Munculnya tekanan darah tinggi, diabetes, kolesterol tinggi atau kegemukan. Ujung-ujungnya akan terjadi infeksi penyakit. Ketika mudah terinfeksi, orang pun mudah sekali kena stroke dan serangan jantung, gagal ginjal, kanker, dan demensia. Itu semua adalah proses panjang yang terjadi akibat kesalahan kita di masa lalu.”


Cintai Orangtua

Li Chunfu (92) bermain bola basket di Jinan, Provinsi Shandong, China, Rabu (5/8/2020). Sebagai anggota tertua Tim Bola Basket Lansia Jinan yang didirikan pada 2012, Li Chunfu telah bermain bola basket dalam rutinitas hariannya sejak 1949. (Xinhua/Wang Kai)

Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menambahkan, lansia juga harus gembira. Hal ini mencegah agar tidak terjadi stres. Rasa gembira ini membuat reseptor di otak memacu keluarnya dopamin (hormon pada otak yang berperan dalam kebahagiaan).

“Untuk merangsang dopamin ini bisa berolahraga dan ibadah,” ujar Hasto.

Sulit konsentrasi dan mudah tersinggung dapat dialami lansia. Ini terjadi tatkala memasuki usia menopause. Stres pun bisa muncul. Kondisi lain, kesepian dapat melanda lansia. Agar orangtua ini tidak kesepian, aktivitas menyenangkan membuat mereka gembira.

“Inilah barangkali hal yang bisa dilakukan untuk mencegah stres. Harus diantisipasi apa yang kita kerjakan untuk orangtua (lansia) supaya tidak stres. Diperhatikan kesukaannya apa. Ingat bahwa orangtua memang banyak juga yang gampang tersinggung, kita harus sabar,” ujar Hasto.

Lebih lanjut, Hasto mengatakan, perlu adanya kemampuan dalam manajemen stres sehingga kehidupan keluarga yang bahagia dan seimbang dapat diwujudkan. 

“Cintai orangtuamu. Kita terlalu sibuk tumbuh dewasa, kita lupa bahwa mereka juga tumbuh semakin tua,” tutupnya.

Kondisi yang diinginkan bagi para lansia dapat terdiri dari The AIM SMART Elderly (Sehat, Mandiri. Aktif, Produktif), yang mana menginginkan semua lansia mencapai kondisi yang sehat, tidak bergantung pada orang lain dan mandiri, selalu aktif dalam menjalankan aktivitas, dan masih tetap produktif.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya