Meninjau Keberpihakan Kamala Harris untuk Kemajuan Mobil Listrik di AS

Kamala Harris membuat sejarah baru sebagai wanita kulit hitam pertama yang menjadi Wakil Presiden.

oleh Arief Aszhari diperbarui 08 Nov 2020, 17:14 WIB
Cawapres AS Kamala Harris. Dok: AP Photo

Liputan6.com, Jakarta - Kamala Harris membuat sejarah baru sebagai wanita kulit hitam pertama yang menjadi Wakil Presiden Amerika Serikat. Hal tersebut menjadi luar biasa, di tengah isu rasial yang menerpa Negeri Paman Sam saat ini.

Namun lebih dari itu, sebagai orang nomor dua di Negeri Paman Sam, ia berkesempatan untuk membantu Presiden terpilih, Joe Biden untuk mengubah tatanan ekonomi di Negara Adidaya tersebut, termasuk industri otomotif.

Berdasarkan laman Forbes, yang dirilis Agustus lalu, untuk industri otomotif Harris akan fokus di tiga bidang, yaitu kendaraan listrik, tarif internasional, dan kewajiban produk.

Berasal dari California, tidak mengherankan jika Kamala Harris memiliki catatan panjang terkait isu perubahan iklim, termasuk menyelidiki Exxon Mobil pada 2016, memberikan suara menentang pencabutan emisi metana, dan mensponsori resolusi ketidaksetujuan rollback 2019, terkait batas polusi karbon pembangkit listrik.

Khusus untuk industri otomotif, Kamala Harris menentang upaya administrasi Trump untuk membalikan standar efisiensi bahan bakar era Obama.

Pada 31 Maret lalu, ia menegur pencabutan regulasi tersebut. "Selama masa krisis, semua pihak harus memiliki kebijakan federal, termasuk standar mobil bersih, untuk membuat udara lebih sehar, menciptakan lapang kerja, dan menghemat uang konsumen."

Simak Video Pilihan Berikut Ini:


Tekanan Industri Otomotif

Namun, sepertinya Harris dianggap tidak akan "mendorong" regulasi efisiensi bahan bakar ke tingkat yang lebih menyakitkan, karena pabrikan otomotif tengah mengalami krisis. Belum lagi industri otomotif Amerika sudah menghadapi tekanan internasional terkait penghematan bahan bakar.

Uni Eropa telah mengamanatkan konsumsi BBM rata-rata yang setara dengan 57 mil per galon (24,2 kilometer per liter) pada tahun 2021 dan 92 mpg atau setara 39 km/l pada tahun 2030. Bahkan Cina memiliki mandat emisi nol untuk sejumlah kendaraan. 


Tarif Lebih Rendah

Seperti kebanyak politisi, Harris menginginkan lebih banyak produk yang dijual. Dirinya berpendapat, jika AS perlu menjual barang ke luar negeri, dan itu berarti membutuhkan kebijakan perdagangan yang memungkinkan hal tersebut terjadi.

Harris mengklaim, saat ini pajak perdagangan masih mengambil biaya yang cukup besar.

Terakhir, Harris juga sangat berkonsentrasi dengan perlindungan konsumen yang sangat ketat, termasuk untuk industri otomotif.

"Di California, kami memiliki beberapa undang-undang perlindungan konsumen terkuat di negara ini. Meskipun mudah untuk membayangkan inovasi dan regulasi sebagai sesuatu yang eksklusif, California adalah bukti bahwa kami dapat melakukan keduanya. Kami dapat berinovasi secara bertanggung jawab," tegasnya saat itu.


Rencana Kebijakan Mobil Listrik

Era elektrifikasi sudah tidak tidak bisa dibendung lagi di tengah himpitan efisiensi BBM untuk mengendalikan emisi pada mobil konvensional. Selama masa transisi, agar bisa bersaing saat ini pengenalan tentang insentif untuk mobil konvensional yang akan diganti dengan kendaraan tanpa emisi yang diproduksi di Amerika. Selain itu juga bantuan tambahan yang ditargetkan untuk keluarga berpenghasilan rendah dan menengah.

Harris pernah dengan tegas menyatakan pada Town Hall 2019, "Menurut rencana saya, pada tahun 2045 kita pada dasarnya hanya akan memiliki kendaraan tanpa emisi." Tetapi ternyata situasiya meminta 100 persen kendaraan segera setelah tahun 2035.


Infografis Pilihan:

Banner Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya