Liputan6.com, Jakarta Laporan adanya mutasi virus corona penyebab COVID-19 pada cerpelai di Denmark membuat pemerintah setempat memerintahkan pemusnahan sekitar 15 juta hewan tersebut, yang ada di 1.139 peternakan.
Meski belum ada bukti bahwa mutasi virus corona tersebut meningkatkan bahaya ke manusia, namun otoritas setempat tidak mau mengambil risiko.
Advertisement
"Daripada menunggu bukti, lebih baik bertindak cepat," kata Tyra Grove Krause dari Statens Serum Institute, lembaga pemerintah yang memetakan penyebaran virus corona di Denmark, seperti dikutip dari AP News pada Minggu (8/11/2020).
Terkait hal ini Maria Van Kerkhove, Technical Lead COVID-19 World Health Organization (WHO), mengatakan bahwa setiap perubahan atau mutasi virus corona, baik yang teridentifikasi pada cerpelai maupun manusia, harus dievaluasi.
"Dalam situasi ini ada kemungkinan beberapa mutasi mungkin menyebabkan implikasi, tetapi kita memerlukan studi yang lebih baik untuk mengevaluasi ini," kata Van Kerkhove dalam konferensi pers virtual WHO Jumat lalu.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Evaluasi untuk Melihat Perubahan Perilaku Virus
WHO mengatakan bahwa setiap kasus perlu dievaluasi untuk menentukan apakah ada perubahan yang membuat virus berperilaku berbeda.
"Kita masih sangat jauh dari membuat keputusan semacam itu," kata Mike Ryan, Direktur Eksekutif WHO Health Emergencies Programme. Ia menyebutkan bahwa mutasi semacam ini selalu terjadi pada berbagai virus.
"Saat ini bukti yang kami miliki tidak menunjukkan bahwa varian ini, dengan cara apa pun, berbeda dari cara berperilakunya," kata Ryan.
Dalam laman resminya, WHO menyebut ada enam negara yang sudah melaporkan SARS-CoV-2 dari peternakan cerpelai kepada World Organisation for Animal Health, mereka adalah: Denmark, Belanda, Spanyol, Italia, dan Amerika Serikat.
Sementara menurut pakar keamanan pangan WHO, Peter Ben Embarek, studi awal pada babi, ayam, dan sapi, menunjukkan bahwa spesies-spesies tersebut tidak rentan seperti cerpelai.
"Jadi meskipun hewan-hewan ini terinfeksi, mereka tidak akan dapat mempertahankan dan menyebarkan penyakitnya dengan cara yang sama," kata Ben Embarek dalam konferensi pers yang sama.
Ben Embarek juga mengatakan, pada hewan-hewan pangan, peternakan modern juga memungkinkan kondisi lingkungan yang terisolasi dan mencegah adanya kontaminasi sehingga mencegah penyakit menyerang hewan-hewan di peternakan.
Advertisement