Liputan6.com, Jakarta - Dalam berasuransi, masyarakat kerap dihantui kekhawatiran akan proses berbelit-belit, apalagi terkait pembayaran klaim. Hal ini sering kali menjadi penghambat bagi seseorang untuk membeli asuransi.
CEO dan Founder insurtech startup tanah air PasarPolis, Cleosent Randing menjelaskan ada tiga masalah utama yang selama ini membuat masyarakat ragu dalam membeli asuransi.
Baca Juga
Advertisement
Ketiga masalah itu adalah rumitnya akses menuju produk asuransi, proses klaim kurang efisien, dan premi asuransi tidak terjangkau masyarakat menengah ke bawah.
Terkait masalah ketiga, ini layak mendapat sorotan karena mereka merupakan kelompok paling rentan dan membutuhkan proteksi.
"Masalah pertama dan kedua harus dipecahkan melalui proses administrasi yang mudah, mulai dari registrasi dan pembelian hingga klaim. Kedua kendala ini dapat diatasi dengan pemanfaatan teknologi," ujar Cleosent dalam keterangan tertulis.
Dengan teknologi, menurut Cleosent, masyarakat dapat menyelesaikan semua prosesnya langsung di gadget masing-masing.
"Begitu pula dengan kendala yang ketiga, ekosistem digital yang diciptakan oleh insurtech startup memungkinkan kehadiran produk-produk asuransi yang murah dan dekat dengan kebutuhan sehari-hari," tutur Cleosent menegaskan.
Pengalaman PasarPolis
PasarPolis telah membuktikan dampak positif teknologi terutama dalam menjangkau masyarakat bahkan hingga ke lapisan yang sebelumnya sulit mengakses layanan keuangan formal.
Selama tahun 2019, PasarPolis menerbitkan lebih dari 650.000.000 polis untuk masyarakat yang sebelumnya tidak terjangkau layanan asuransi.
Mereka termasuk pengemudi ojek online, kurir pengiriman barang, dan pelaku UMKM online, yang juga merupakan lebih dari 40 persen pelanggan PasarPolis. Menariknya, PasarPolis juga melibatkan para pengemudi ojek online dan pekerja sektor informal lainnya sebagai agen PasarPolis.
"Dengan menjadi agen, mereka dapat memahami lebih dalam mengenai pentingnya asuransi. Sambutannya pun luar biasa, di mana sejak peluang ini kami buka di Mei 2020 lalu, sudah ada lebih dari 15.000 orang yang bergabung dan mereka datang dari berbagai latar belakang," kata Cleosent.
Advertisement