INDEF Beberkan Sektor Ekonomi yang Tetap Tumbuh dan Goyang di Kuartal III-2020

Jika sektor keuangan sudah terkena dampak dari krisis atau resesi maka ekonomi pada dasarnya sudah goyah.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Nov 2020, 20:15 WIB
Ilustrasi bank (Sumber: Istockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, menyoroti beberapa sektor yang sudah menunjukkan pertumbuhan maupun yang masih tertekan di kuartal III 2020.

Menurut dia, tidak ada perbedaan yang mencolok di kuartal II dengan kuartal III. Sektor yang mengalami tekanan di kuartal II juga masih tertekan di kuartal III. Begitu juga sektor yang tumbuh baik di kuartal II tetap naik di kuartal III.

“Tidak ada yang berubah dari triwulan II hingga kuartal III. Industri tetap negatif, pertanian positif, perdagangan negatif, konsumsi tetap negatif, pertambangan negatif, dan jasa keuangan justru terpuruk,” kata Tauhid dalam diskusi Indef, Minggu (8/11/2020).

Dia mencontohkan, keuangan adalah sektor terakhir dalam siklus ekonomi. Dunia usaha dan masyarakat adalah penjaga perekonomian di depan. Sedangkan sektor keuangan adalah penyokongnya. Saat sektor keuangan sudah terkena dampak dari krisis atau resesi maka ekonomi pada dasarnya sudah goyah.

“Jika kita lihat dari pondasi para pelaku ekonomi kita, barisan terakhir adalah jasa keuangan, kalau jasa keuangan tetap tangguh berarti dia bisa menjaga keseimbangan dari semua transaksi ekonomi yang terjadi,” jelas dia.

Dia menyebutkan, sektor keuangan sudah mulai goyah di kuartal III, terutama untuk jasa perantara keuangan yang minus 2,72 persen dan jasa keuangan lainnya minus 2,98 persen. Indikasinya yang menarik adalah DPK meningkat tetapi pertumbuhan kreditnya menurun.

Nah, ini memang rendahnya permintaan kredit, dan juga pertumbuhan kredit lebih rendah dibandingkan dalam 2 tahun terakhir bahkan rasio NPL sudah di atas 3 persen, terakhir 3,26 persen,” jelas dia.

Kata Tauhid, rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) relatif baik namun rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) justru menurun akibat meningkatnya DPK dan penurunan kredit.

Namun sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan jika stabilitas sektor jasa keuangan tetap dalam kondisi terjaga. Kondisi ini berkat sejumlah kebijakan yang telah dilakukan termasuk pemberian restrukturisasi kredit perbankan.

"Kebijakan relaksasi restrukturisasi kredit yang sudah dikeluarkan OJK sejak Maret tahun ini, terbukti bisa menjaga stabilitas sektor jasa keuangan dari tekanan ekonomi akibat dampak pandemi Covid – 19 sehingga diputuskan untuk memperpanjang masa pemberian relaksasi restrukturisasi kredit perbankan selama setahun terhitung dari Maret 2021 menjadi Maret 2022," mengutip penjelasan OJK.

OJK mencatat, data sektor keuangan hingga September kinerja intermediasi masih tumbuh positif dan tingkat prudential juga tetap terjaga pada level yang terkendali.

Meskipun kredit tumbuh melambat di bulan September ini, namun mulai menunjukkan pertumbuhan positif secara month-to-month (mtm) yaitu 0,16 persen. Ini ditopang oleh kredit Bank Milik pemerintah.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Minus 2 Kuartal Berturut-Turut

Suasana arus lalu lintas di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (5/11/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 minus 3,49 persen, Indonesia dipastikan resesi karena pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 minus 3,49 persen. Dengan begitu, Indonesia resmi resesi setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif sdalam dua kuartal berturut-turut.

Catatan ini sesuai banyak perkiraan bahwa Indonesia akan jatuh ke lubang resesi pada kuartal ketiga. Bahkan, angka tersebut lebih tinggi dari ramalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang minus 3 persen.

"Ekonomi Indonesia pada triwulan ketiga secara tahunan (year on year/yoy) masih mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen," jelas Kepala BPS Kecuk Suhariyanto, Kamis (5/11/2020).

Namun demikian, Suhariyanto mengatakan, jika dibanding pencapaian di kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi nasional masih tumbuh lebih bagus di kuartal III ini.

"Sehingga secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-III 2020 itu masih mengalami kontraksi sebesar 2,03 persen," jelasnya.

Suhariyanto menambahkan, pertumbuhan ekonomi kuartal III yang minus 3,49 persen juga masih lebih baik dibanding triwulan kedua yang terkontraksi 5,32 persen.

"Artinya terjadi perbaikan dan tentunya kita berharap di kuartal IV situasi akan menjadi membaik. Apalagi dengan adanya pelonggaran PSBB," ujar dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya