PM Jepang Yoshihide Suga Siap Bekerja Sama dengan Joe Biden

PM Jepang Yoshihide Suga optimistis hubungan Amerika Serikat dan Jepang tetap kuat di era Joe Biden.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 09 Nov 2020, 10:55 WIB
Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga melambaikan tangan saat berjalan setibanya di Istana Kepresidenan, di Hanoi, Vietnam, Senin (19/10/2020). Yoshihide Suga melakukan kunjungan resmi ke Vietnam hingga 20 Oktober 2020. (AP Photo/Minh Hoang, Pool)

Liputan6.com, Tokyo - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga berkata ia berharap bisa terus memperkuat hubungan antara Amerika Serikat dan Jepang bersama presiden terpilih Joe Biden. Fokus dari Suga adalah isu regional.

PM Suga berkata ia ingin bekerja sama untuk "mengamankan perdamaian dan kesejahteraan di kawasan Indo-Pasifik," ujar PM Suga seperti dilaporkan Kyodo News, Senin (9/11/2020).

PM Suga turut menambahkan bahwa ia sedang mencari waktu yang tepat untuk menelepon Joe Biden dan mengunjungi Amerika Serikat.

Di Jepang, ada sekitar 55 ribu pasukan Amerika Serikat berdasarkan perjanjian pasca-perang. Mereka bertugas mengamankan kawasan serta menjaga Jepang dari ancaman luar negeri, seperti misil Korea Utara.

PM Suga sebelumnya juga sudah menyampaikan ucapan selamat kepada Joe Biden dan Kamala Harris melalui sosial media.

Video Kemenangan Joe Biden:


Prediksi Topik Pembicaraan

Presiden terpilih Joe Biden dan Wakil Presiden terpilih Kamala Harris melambaikan tangan ke kerumunan saat menyampaikan pidato kemenangan Pilpres AS 2020 di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Sabtu (7/11/2020). Joe Biden dan Kamala Harris memenangkan Pilpres AS 2020. (AP Photo/Andrew Harnik)

Joe Biden dan Yoshihide Suga diperkirakan akan membahas isu relokasi pangkalan militer AS di Prefektur Okinawa yang jauh berada di selatan daratan utama Jepang.

Prioritas selanjutnya diperkirakan terkait perubahan iklim. Joe Biden sudah berjanji akan membawa kembali AS ke Perjanjian Paris untuk menyetop emisi rumah kaca.

Kedua negara telah berjanji untuk membuat negara mereka bebas karbon pada 2050.


Joe Biden Janji Kembalikan AS ke Perjanjian Iklim Paris

Presiden terpilih Joe Biden (kanan) bersama Wakil Presiden terpilih Kamala Harris (kiri) saat menyampaikan pidato kemenangan Pilpres AS 2020 di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Sabtu (7/11/2020). Joe Biden dan Kamala Harris memenangkan Pilpres AS 2020. (AP Photo/Andrew Harnik, Pool)

AS telah resmi keluar dari Perjanjian Iklim Paris, memenuhi janji yang telah bertahun-tahun dikemukakan Presiden Donald Trump untuk menarik produsen gas rumah kaca terbesar kedua dunia itu dari perjanjian global untuk memerangi perubahan iklim.

Mengutip VOA Indonesia, hasil pemilihan AS yang ketat akan menentukan seberapa lama AS akan keluar. Pesaing Trump, kandidat dari Partai Demokrat Joe Biden, telah berjanji akan bergabung kembali dengan perjanjian itu apabila ia menang pemilu.

“Penarikan AS akan meninggalkan celah di dalam rezim kami, dan upaya-upaya global untuk mencapai sasaran-sasaran dan ambisi-ambisi Perjanjian Paris,” kata Patricia Espinosa, sekretaris eksekutif Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCCC). AS, lanjutnya, akan tetap menjadi pihak pada UNFCCC. Espinosa mengatakan lembaga itu akan “siap membantu AS dalam setiap upaya untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Paris.”

Trump pertama kali mengumumkan niatnya untuk menarik keluar AS dari perjanjian itu pada Juni 2017, dengan alasan perjanjian itu akan merusak ekonomi AS. Tetapi ia tidak dapat melakukannya secara resmi hingga sekarang karena berbagai ketentuan dalam perjanjian itu.

Penarikan itu membuat AS menjadi satu-satunya negara dari 197 penandatangan yang mundur dari perjanjian tersebut. Gedung Putih di bawah pemerintahan Barack Obama telah berjanji akan mengurangi emisi AS 26-28 persen pada tahun 2025 dari kadar tahun 2005 yang ditetapkan dalam perjanjian itu.

Biden diperkirakan luas akan meningkatkan angka itu jika ia terpilih. Ia telah berjanji akan mencapai emisi bersih nol pada tahun 2050 berdasarkan rencana bernilai 2 triliun dolar untuk mengubah perekonomian.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya