Kemenangan Joe Biden Diprediksi Bakal Dinginkan Hubungan antara China dan AS

Kemenangan Joe Biden dalam pemilu AS diperkirakan akan melenturkan hubungan antara China dengan Amerika Serikat.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 09 Nov 2020, 11:26 WIB
Bendera AS dan China berkibar berdampingan (AP/Andy Wong)

Liputan6.com, Jakarta - Media pemerintah China memberikan nada optimis dalam editorialnya, dan bereaksi terhadap kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden AS. Media tersebut mengatakan hubungan dapat dipulihkan ke keadaan yang lebih dapat diprediksi dan dapat dimulai dengan perdagangan.

Meskipun mengakui bahwa Amerika Serikat tidak mungkin mengurangi tekanan terhadap China pada masalah-masalah seperti Xinjiang dan Hong Kong, surat kabar yang didukung pemerintah, Global Times, mengatakan Beijing harus bekerja untuk berkomunikasi dengan tim Biden selengkap mungkin. Demikian seperti melansir Channel News Asia, Senin (9/11/2020). 

Pemerintahan Trump sengaja menciptakan ketegangan dalam hubungan China-AS, terutama setelah mengadopsi strategi kampanye untuk menekan China, yang menyebabkan "gelembung" yang terjadi dalam kebijakan AS-China, katanya.

"Kami yakin bisa meletuskan gelembung-gelembung itu," katanya. 

"Ini adalah kepentingan bersama dari orang-orang dari kedua negara dan komunitas internasional bahwa hubungan China-AS menjadi lebih mudah dan terkendali."

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pemulihan Hubungan China-AS

Presiden AS, Donald Trump didampingi Ibu Negara, Melania Trump bersama Presiden China, Xi Jinping beserta Ibu Negara, Peng Liyuan sebelum melakukan pertemuan di resor Mar-a-Lago milik Trump di negara bagian Florida, Kamis (6/4). (AP Photo/Alex Brandon)

The Global Times adalah tabloid yang diterbitkan oleh People's Daily, surat kabar resmi Partai Komunis China yang berkuasa, tetapi tidak berbicara atas nama partai dan pemerintah.

Surat kabar China Daily mengatakan dalam tajuk rencana terpisah bahwa kemenangan Biden "jelas" meningkatkan hubungan dengan China bisa dimulai dari perdagangan, dan menghidupkan kembali pembicaraan perdagangan sangat penting untuk memulihkan beberapa pemahaman dan kepercayaan dalam hubungan China-AS.

"Ini adalah salah satu utas terakhir yang menghubungkan kedua belah pihak. Perlu dicatat bahwa baik Beijing maupun Washington tidak memberanikan diri untuk membatalkan apa yang disebut kesepakatan fase satu yang mereka negosiasikan dengan susah payah," kata China Daily, surat kabar resmi berbahasa Inggris negara itu. 

Ketegangan antara negara dengan dua ekonomi terbesar di dunia telah meningkat selama setahun terakhir, mengguncang rantai pasokan teknologi dan hubungan perdagangan, serta memicu kekhawatiran bahwa perang finansial antara kedua negara dapat terjadi.

Tekanan AS, bersama dengan pandemi global, telah menempatkan China pada misi untuk mengurangi ketergantungannya pada pasar luar negeri dan teknologi untuk pembangunan ekonominya, sebagai bagian dari model pertumbuhan "sirkulasi ganda" baru untuk mengarahkan ekonominya.

"China harus menjadi negara yang tidak dapat ditekan atau digoyahkan oleh AS, dan menjadikan kerja sama dengan China sebagai pilihan terbaik bagi AS untuk mewujudkan kepentingan nasionalnya," tambah Global Times.


Infografis Perang Dingin Antara China dan AS

Infografis Amerika Serikat dan China Terancam Perang Dingin? (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya