Surplus Neraca Dagang Indonesia 2020 Jadi yang Tertinggi Sejak 2012

Secara kumulatif neraca perdagangan Januari-September 2020 surplus hingga USD 13,5 miliar.

oleh Tira Santia diperbarui 09 Nov 2020, 14:50 WIB
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri perdagangan Agus Suparmanto menyebut neraca perdagangan tahun 2020 merupakan capaian tertinggi sejak 2012. Secara kumulatif, neraca dagang Januari-September 2020 surplus hingga USD 13,5 miliar.

“Memang ini neraca perdagangan melampaui dari keseluruhan tahun 2017 dan merupakan capaian tertinggi sejak 2012,” kata Agus dalam talkshow Update KPCPEN: Pemulihan Ekonomi Nasional, Senin (9/11/2020).

Ia menjelaskan, defisit neraca perdagangan hanya terjadi bulan Januari dan April. Namun pada Mei sampai September ini, neraca perdagangan memiliki tren meningkat, sehingga bisa surplus.

Beberapa komoditas yang memang mempengaruhi surplus neraca perdagangan itu, yakni ekspor non migas Indonesia yang mengalami kenaikan di bulan September 2020. Komoditas ini antara lain pertama besi dan baja dan kedua, lemak dan minyak hewan nabati.

Selanjutnya, ketiga, kendaraan dan beserta sparepartnya. Keempat, mesin dan perlengkapan elektrik. Kelima, plastik dan barang plastik.

“5 produk tersebut memiliki pangsa ekspor 34,02 persen dari total ekspor non migas Indonesia pada bulan September 2020, dan mencatat peningkatan kumulatif sebesar USD 0,7 miliar,” ujarnya.

Kata Agus, peningkatan nilai ekspor baja terutama disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari Tiongkok atau RRT dan Malaysia, Ini karena mulai pulihnya industri di dua negara tersebut. 

Sementara peningkatan ekspor diakibatkan oleh naiknya harga CPO di pasar internasional dan naiknya permintaan CPO dari RRT dan India.

“Nah ini salah satu faktor yang memang sangat menopang kita dan ini merupakan sinyal positif bagi kita. Pengaruhnya sangat besar karena surplus ini mampu membawa sinyal positif dan juga tren-tren ekspor di sini kita pertahankan,” jelasnya.

Walaupun di tengah pandemi, saat ini ada tekanan impor yang mendalam. Namun disini pemerintah berusaha dengan menekan impor barang konsumsi.

“Untuk bahan baku memang ada sedikit tertekan namun ini tetap kita pertahankan, bagaimana memudahkan bahan baku tersebut ini pengaruh dalam pemulihan ekonomi nasional ini memberikan motivasi bagi pelaku usaha di dalam negeri,” pungkasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


5 Bulan Berturut-turut, Neraca Dagang Indonesia Surplus

Aktivitas bongkar muat barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja ekspor dan impor Indonesia mengalami susut signifikan di Juni 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada September 2020 surplus sebesar USD 2,44 miliar. Surplus tersebut terjadi akibat nilai ekspor tercatat lebih tinggi sebesar USD 14,01 miliar dari posisi nilai impor sebesar USD 11,57 miliar.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, surplus ini jauh lebih besar dibandingkan surplus bulan Agustus 2020 sebesar USD 2,35 miliar. Juga jauh lebih besar dibandingkan dengan posisi bulan September 2019 di mana pada waktu itu mengalami defisit USD 183,3 juta.

"Pada bulan September kita mengalami surplus USD 2,44 miliar. Selama 5 bulan berturut-turut sejak bulan Mei, Indonesia mengalami surplus dan surplus pada bulan September ini lebih besar dibandingkan surplus pada bulan Agustus, jelas dia dalam video conference di Kantornya, Jakarta, Kamis (15/10/2020).

Jika dirinci surplus neraca perdagangan Indonesia menurut negara, pada posisi Juli 2020 Amerika Serikat (AS) menjadi terbesar yakni surplus mencapai USD 1,08 miliar. Di mana ekspor Indonesia ke AS mencapai USD 1,6 miliar dan impor USD 607 juta.

Kemudian surplus lainnya juga terjadi dengan India yang mengalami surplus USD 562,5 juta dan Filipina sebesar USD 491,2 juta.

Sebaliknya ada beberapa negara yang masih mengalami defisit pada Juli 2020. Di mana dengan Tiongkok mengalami defisit USD 879,2 juta. Kemudian Ukraina mengalami defisit USD 140,1 juta dan Brasil defisit USD 119,3 juta.

Adapun secara keseuruhan BPS mencatat untuk neraca perdagangan dari Januari sampai September 2020 mengalami surplus USD 13,51 miliar. Surplus ini jauh lebih bagus dibandingkan posisi pada bulan Januari sampai September 2019 yang pada waktu itu mengalami defisit.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya